Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Banjir bandang melanda Filipina bertepatan dengan perayaan Natal telah menewaskan 13 orang, Minggu (25/12/2022)
Badan penanggulangan bencana Filipina hingga Selasa (27/12/2022) masih melakukan pencarian terhadap 23 orang saat banjir mulai surut.
“Sebagian besar kematian disebabkan karena terseret arus banjir bandang setelah hujan lebat mengguyur selama dua hari dan mengganggu perayaan Natal,” kata badan penanggulangan bencana Filipina, melansir Channel News Asia.
“Saat ini, lebih dari 45.000 orang telah berlindung di tempat pengungsian,” imbuhnya.
Beberapa gambar yang telah diunggah di media sosial menunjukkan para petugas penyelamat dari kepolisian hingga personel pemadam kebakaran mengarungi banjir setinggi pinggang orang dewasa sembari mengevakuasi penduduk ke tempat pengungsian.
“Operasi penyelamatan masih berlanjut dan kerusakan pertanian sedang kami data,” kata Carmelito Heray, kepala badan penanggulangan bencana setempat.
Rawan Bencana Alam
Filipina termasuk di antara negara-negara yang paling rentan terhadap bencana alam akibat dari dampak perubahan iklim.
Para ilmuwan sebelumnya juga telah memperingatkan bahwa dampak perubahan iklim dapat memicu timbulnya badai yang lebih kuat di negara itu.
Baca juga: Redam Inflasi, Filipina Perpanjang Kebijakan Pemangkasan Tarif Beras Impor Hingga Akhir Tahun Depan
Selain badai, Filipina juga rawan akan bencana gempa bumi dan gunung meletus. Hal itu dikarenakan letak geografis Filipina yang berada di sepanjang "Cincin Api" Pasifik, busur aktivitas seismik dan vulkanik yang intens yang membentang dari Jepang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Oktober lalu, Pulau Luzon di Filipina diguncang gempa bumi dengan magnitudo 6,4. Akibatnya 44 orang mengalami luka-luka.
Baca juga: Mencengangkan, Perekonomian Filipina Tumbuh 7,6 Persen di Kuartal III 2022
Gempa bumi yang berpusat pada 9 kilometer (5 mil) barat laut kota Lagayan di Provinsi Abra pada kedalaman 11 kilometer (7 mil) membuat aktivitas penerbangan di bandara internasional Filipina lumpuh selama beberapa jam.
Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.