TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Prancis menyatakan pria Iran yang tenggelam di sebuah sungai di kota Lyon sebagai kasus bunuh diri.
Mohammad Moradi (38) ditemukan di Sungai Rhode yang terletak di pusat kota Lyon pada hari Senin (27/12/2022), ujar seorang polisi kepada AFP.
Layanan darurat turun tangan tetapi tidak dapat menyelamatkan Moradi di tepi sungai, tambah sumber itu.
Moradi sempat memposting video di media sosial.
Ia berkata akan menenggelamkan dirinya untuk menyoroti tindakan keras terhadap pengunjuk rasa di Iran sejak kematian Mahsa Amini (22).
Mahsa Amini meninggal dunia September lalu dalam penahanan.
Baca juga: PBB Keluarkan Iran dari Badan Hak-hak Perempuan atas Tindakan Keras Protes Anti-pemerintah
Ia sebelumnya ditangkap karena diduga melanggar aturan pemakaian jilbab.
Sementara itu, jaksa Lyon mengatakan mereka telah meluncurkan penyelidikan untuk memverifikasi teori bunuh diri Moradi.
Mereka menyelidiki pesan yang diposting oleh Moradi sendiri di jejaring sosial yang mengumumkan niatnya untuk bunuh diri.
Insiden itu mengejutkan kota.
Aksi peringatan kecil untuk mengenang Moradi diadakan di tepi Rhone pada hari Selasa.
Pelayat meletakkan lilin dan karangan bunga di pagar tepi sungai, kata seorang koresponden AFP.
"Mohammad Moradi bunuh diri agar suara revolusi terdengar di Iran."
"Suara kami tidak dibawa oleh media Barat," kata Timothee Amini dari komunitas lokal Iran.
Baca juga: Duta Besar Rusia untuk PBB Kritik Tuduhan yang Sebut Moskow Gunakan Drone Iran di Ukraina
Menurut beberapa anggota komunitas Iran, Moradi adalah sarjana sejarah dan bekerja di sebuah restoran.
Dia tinggal di Lyon bersama istrinya selama tiga tahun.
"Jantungnya berdebar untuk Iran, dia tidak tahan lagi dengan rezim," kata Timothee.
Protes telah mencengkeram Iran selama lebih dari tiga bulan.
Kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo mengatakan pada hari Selasa bahwa 476 pengunjuk rasa telah tewas dalam aksi untuk rasa.
Sementara itu setidaknya 100 orang Iran berpotensi dieksekusi atas protes tersebut.
Sebelumnya sudah ada dua pemuda yang telah dieksekusi.
"Polisi menyerang orang, kami kehilangan banyak putra dan putri, kami harus melakukan sesuatu," kata Moradi dalam videonya sebelum meninggal.
Siapa Mahsa Amini? Wanita Iran yang Kematiannya Memicu Aksi Protes Besar-besaran di Berbagai Negara
Mahsa Amini adalah seorang wanita 22 tahun yang tewas saat berada dalam penahanan polisi.
Ia ditahan karena dianggap tidak memakai jilbab dengan benar.
Dilansir Harper's Bazaar, pada 13 September, Mahsa Amini datang ke ibukota Iran, Teheran untuk kunjungan keluarga.
Ia berasal dari kota Saqqez di Provinsi Kurdistan, di Iran barat.
Saat berada di pintu masuk Jalan Raya Haqqani bersama saudara laki-lakinya Kiaresh Amini, Mahsa Amini ditangkap oleh 'Patroli Bimbingan'.
Mahsa Amini lalu dipindahkan ke agen 'Keamanan Moral'.
Dalam sebuah video CCTV yang dirilis oleh polisi Teheran, tampak Mahsa Amini jatuh ke tanah saat ditangkap.
Saudara laki-laki Amini diberitahu bahwa Amini akan dibawa ke pusat penahanan untuk menjalani "kelas pengarahan".
Amini dijanjikan akan dibebaskan tidak lama kemudian.
Namun Amini tidak pernah dibebaskan.
Amini justru dilarikan ke Rumah Sakit Kasra, di mana dia meninggal pada hari Jumat (16/9/2022), setelah sempat koma selama tiga hari.
Dalam sebuah posting-an di Instagram yang kini sudah dihapus, rumah sakit mengklaim Mahsa Amini sudah mati otak pada saat kedatangannya.
"Resusitasi dilakukan pada pasien, detak jantung kembali dan pasien dirawat di unit perawatan intensif," tulis pihak rumah sakit, lapor The Guardian.
"Sayangnya, setelah 48 jam pada hari Jumat, pasien mengalami serangan jantung lagi, karena kematian otak."
"Meskipun dengan upaya tim medis, mereka gagal untuk menghidupkannya kembali dan pasien akhirnya meninggal."
Saksi mata mengklaim Mahsa Amini dipukuli oleh patroli di dalam van, yang bermaksud membawanya ke pusat penahanan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)