Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari sebuah pulau kecil di Polinesia hingga pantai pasir putih Florida, Bumi telah menghadapi bencana iklim dan cuaca ekstrem pada tahun 2022.
Panas terik musim panas tahun ini di China yang dilanda kekeringan telah memecahkan rekor, sehingga mengancam nyawa dan produksi pangan.
Kekeringan parah juga menyebar ke seluruh Amerika Serikat Barat Tengah (Midwest) dan mendorong permukaan Sungai Mississippi ke rekor terendah.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Jumat, 30 Desember 2022, BMKG: DKI Jakarta Potensi Hujan Lebat, Petir, Angin Kencang
Sedangkan di Afrika Selatan, perubahan iklim membuat curah hujan tinggi sehingga memicu banjir yang menewaskan 435 orang pada April tahun ini.
Dengan sederet peristiwa bencana iklim yang terjadi di tahun ini, memicu beberapa perubahan yang dilakukan sebagai upaya untuk menyelamatkan Bumi.
Para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menghasilkan reaksi fusi nuklir, sebuah langkah besar dalam upaya selama puluhan tahun untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi bersih yang tak terbatas.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim COP27 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mesir, hampir 200 negara setuju menyiapkan dana untuk membantu negara-negara miskin dan rentan dalam mengatasi bencana iklim.
Melansir dari CNN, berikut ini beberapa bencana iklim dan cuaca ekstrem yang terjadi pada 2022:
1. Letusan Gunung Berapi di Tonga
Gunung api bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Pasifik Selatan meletus pada 15 Januari 2022. Ledakan itu sendiri sangat keras hingga terdengar di Alaska, yang kira-kira berjarak 6.000 mil jauhnya dari gunung api itu.
Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem, Bagaimana Prediksi Cuaca di Wilayah Jabodetabek pada Hari Ini Menurut BMKG?
Letusan gunung berapi di Tonga pun dikonfirmasi sebagai ledakan terbesar di atmosfer Bumi yang pernah tercatat instrumental modern.
Tonga, nama resminya Kerajaan Tonga, adalah negara Polinesia yang berbentuk negara kepulauan terdiri dari 177 pulau, yang tersebar lebih dari 700.000 kilometer persegi di Samudra Pasifik bagian selatan.
Langit sore menjadi gelap gulita saat abu tebal menutupi ibu kota Tonga, Nuku'alofa, dan menyebabkan kerusakan yang signifikan di sepanjang pantai barat pulau utama negara itu, Tongatapu.