Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BRASILIA - Hakim Mahkamah Agung Brasil Alexandre de Moraes pada Selasa (10/1/2023) memerintahkan penangkapan kepala keamanan publik Brasilia, setelah para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro mengamuk di gedung-gedung pemerintah.
Alexandre de Moraes memerintahkan penangkapan Anderson Torres, yang menjabat sebagai menteri kehakiman di masa kepemimpinan Bolsonaro sebelum mengambil alih posisi kepala keamanan publik untuk ibu kota Brasil, Brasilia, pada bulan ini.
Pada Minggu (8/1/2023), ribuan pengunjuk rasa pendukung Bolsonaro merusak Mahkamah Agung, Kongres, dan kantor kepresidenan di Brasilia.
Baca juga: 1.500 Pendukung Jair Bolsonaro Ditahan Usai Serbu Ibu Kota Brasil
Melansir dari Reuters, Torres, yang dicopot dari jabatannya pada Minggu, tidak berada di ibu kota Brasil ketika kerusuhan terjadi. Dia dilaporkan terbang ke Florida, Amerika Serikat, pada awal bulan ini.
Dalam sebuah postingan di Twitter yang diunggah pada Selasa, dia mengatakan akan kembali ke Brasil dari Orlando, tempat dia berlibur bersama keluarganya dan akan menyerahkan diri ke pengadilan.
Selain Torres, Moraes juga meminta penangkapan kepala polisi militer Brasilia, Fabio Augusto Vieira, salah satu dari sejumlah pejabat yang bertanggung jawab melindungi gedung-gedung utama pemerintah di Brasilia.
Vieira tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar mengenai perintah penangkapannya itu.
Dalam surat perintah penangkapan tersebut, Moraes menyebut kegagalan mereka untuk memastikan pasukan keamanan yang tepat tersedia selama kerusuhan terjadi.
Dia juga mengutip kegagalan mereka untuk mencegah lebih dari 100 bus yang membawa pendukung Bolsonaro masuk ke Brasilia dan menutup kamp tempat para pendukung mantan presiden Brasil itu berkumpul selama berbulan-bulan.
"Dalam momen sensitif bagi demokrasi Brasil, di mana protes anti-demokrasi terjadi sepanjang hari, dengan pendudukan gedung-gedung militer di seluruh negeri, dan di Brasilia, orang tidak dapat menggunakan alasan ketidaktahuan atau ketidakmampuan," kata Moraes.
Seorang saksi mengatakan kepada Reuters dia melihat polisi di kediaman keluarga Torres di lingkungan kelas atas Brasilia, di mana seorang penduduk mengatakan mereka pergi dengan membawa tas.
Di seberang kota, polisi mulai menginterogasi lebih dari 1.000 pengunjuk rasa setelah mereka ditahan saat pasukan keamanan membongkar kamp mereka di seberang markas tentara Brasil.
Para pengunjuk rasa di kamp tersebut menyerukan kudeta militer untuk membatalkan pemilihan yang dilakukan pada Oktober di mana Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengalahkan Bolsonaro dengan selisih suara tipis.
Moraes, yang menjalankan penyelidikan terhadap demonstrasi "anti-demokrasi", berjanji dalam pidatonya pada Selasa untuk memerangi "teroris" yang menyerukan kudeta.
Namun, tantangan untuk melakukan penyelidikan kriminal yang begitu besar terhadap gerakan pro-Bolsonaro yang terorganisir secara longgar di minggu-minggu pertama pemerintahan baru Lula da Silva sudah mulai terlihat.
Senator oposisi Marcos do Val, yang mengecam serangan Brasilia sebagai kesalahan "hak politik", mengatakan kepada wartawan di luar tempat para tahanan ditahan bahwa banyak dari mereka "membayar karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah."
Pada Selasa sore, dilaporkan 527 orang ditangkap, sementara 599 tahanan dibebaskan, kebanyakan dari mereka adalah orang lanjut usia, ibu dengan anak atau orang dengan masalah kesehatan, kata polisi.
Baca juga: Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro Dirawat di Rumah Sakit AS
Sekitar 200 pengunjuk rasa lainnya ditangkap dan menunggu dakwaan di fasilitas pemasyarakatan atas peran mereka dalam kerusuhan pada Minggu, yang merusak beberapa bangunan paling ikonik di ibu kota Brasil dalam serangan terburuk terhadap demokrasi Brasil dalam beberapa dekade terakhir.
Investigasi juga dapat meluas, karena Militan Pro-Bolsonaro membahas rencana di media sosial bahwa mereka akan mengganggu jalan raya dan kilang minyak untuk menyebabkan kekacauan ekonomi yang sebanding dengan penyerbuan di Brasilia.
Perusahaan energi Brasil Eletrobras sedang menyelidiki apakah runtuhnya dua menara transmisi memiliki keterkaitan dengan kerusuhan pada Minggu di Brasilia, menurut dua sumber yang mengetahui penyelidikan tersebut.
Eletrobras tidak segera menanggapi permintaan komentar. Anak perusahaannya, Eletronorte, merilis pernyataan pada Senin (9/1/2023) mengenai menara yang runtuh yang menghubungkan pedesaan di utara Brasil ke jaringan pusat dan menyebut adanya "tanda-tanda sabotase".
Kerusuhan di Brasilia mengejutkan pemerintahan Lula, yang baru menjabat selama hampir seminggu, dan dapat menunda pengumuman kebijakan ekonomi yang direncanakan minggu ini oleh pemerintah Brasil.
Bolsonaro, yang terbang ke Florida 48 jam sebelum masa jabatannya berakhir, keluar dari rumah sakit di Orlando tempat dia dirawat pada Senin dan terlihat memasuki kembali kediamannya pada Selasa malam yang menjadi tempat tinggalnya selama perjalanan di Florida.
Belum jelas apakah Bolsonaro pernah bertemu dengan Torres saat berada di Florida.
Bolsonaro mengatakan kepada CNN Brasil bahwa dia mungkin mempersingkat masa tinggalnya di Florida karena masalah kesehatannya dan akan kembali ke Brasil sebelum akhir bulan ini.
Putranya, Senator Brasil Flavio Bolsonaro, membantah pada Selasa bahwa mantan presiden itu bertanggung jawab atas kerusuhan pada Minggu.
"Sejak hasil pemilu dia diam, menjilati lukanya, hampir tidak berkomunikasi," katanya dalam sebuah sesi di Senat Brasil.