TRIBUNNEWS.COM - Pengadilan Rusia, di wilayah Bashkortostan di Ural selatan menghukum seorang tentara profesional berusia 24 tahun dengan lima tahun penjara karena menolak berperang di Ukraina.
"Prajurit itu, tidak ingin ikut serta dalam operasi militer khusus, tidak melapor untuk bertugas pada Mei 2022," kata layanan pers pada Kamis (12/1/2023).
Dikutip Al Jazeera, penegak hukum mengamankan pria itu, Marsel Kandarov, pada September 2022 kemarin.
Pengadilan militer mengatakan mereka menghukum Kandarov lima tahun penjara karena menghindari dinas militer selama mobilisasi selama lebih dari sebulan.
Rusia mengumumkan mobilisasi 300.000 orang pada akhir September kemarin setelah menderita kekalahan medan perang di tangan pasukan Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-324: Ratusan Warga Sipil Terjebak di Soledar
Melarikan diri dari Rusia
Pengumuman tersebut memicu eksodus pria dari Rusia.
Banyak yang melarikan diri ke negara tetangga termasuk Armenia, Georgia, dan Kazakhstan.
Orang-orang Rusia di seluruh negeri berunjuk rasa menentang perintah tersebut.
Tetapi polisi telah berusaha untuk membubarkan protes anti-perang saat mereka menahan ratusan orang, termasuk beberapa anak.
Baca juga: Populer Internasional: Granat Aktif di Tubuh Tentara Ukraina - Raja Terakhir Yunani Meninggal Dunia
Tak punya pengalaman medan perang
Kritikus mengatakan banyak orang yang dimobilisasi hampir tidak memiliki pengalaman medan perang.
Pengamat mengatakan para tentara cadangan hanya menerima sedikit pelatihan sebelum dikirim ke garis depan.
Perwira Rusia terlibat pertengkaran
Secara terpisah, pengadilan militer di Moskow menjatuhkan hukuman lima tahun enam bulan kepada seorang tentara di sebuah koloni hukuman.
Prajurit tersebut kabarnya "memukul" seorang perwira selama pertengkaran, kantor berita negara Rusia TASS melaporkan pada Rabu (11/1/2023).
Baca juga: Granat Aktif Bersarang di Tubuh Tentara Ukraina, Dokter Militer Lakukan Operasi Bedah
TASS mengatakan tentara itu menyatakan "ketidakpuasannya" dengan pelatihan prajurit yang dimobilisasi di luar Moskow.
Saat berbicara, dia meniupkan asap rokok ke wajah seorang petugas, yang membalas dengan mendorongnya.
Prajurit itu kemudian mendorong petugas di dada.
Dikutip Moscow Times, sebuah video insiden yang beredar online menunjukkan tentara tersebut mengeluhkan pelatihan yang buruk, menggunakan kata-kata kotor, dan menyebut latihan itu sebagai "palsu".
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)