Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Populasi warga China mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak 1961. Berdasar data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) pada Selasa (17/1/2023), populasi warga China turun sekitar 850.000 menjadi 1,411 miliar pada akhir 2022.
Dalam jangka panjang, para pakar PBB melihat populasi warga China menyusut hingga 109 juta pada 2050, lebih dari tiga kali lipat penurunan perkiraan mereka sebelumnya pada 2019.
Sementara itu, pakar demografi China Yi Fuxian, mengatakan penurunan populasi tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi karena pendapatan turun dan utang pemerintah yang meningkat.
"Prospek demografis dan ekonomi China jauh lebih suram dari yang diperkirakan. China harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negerinya," kata Yi Fuxian.
Tingkat kelahiran di China tahun lalu hanya 6,77 kelahiran per 1.000 orang, turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam catatan.
Sementara, tingkat kematian penduduk China justru lebih tinggi di tahun lalu, tercatat sebanyak 7,37 kematian per 1.000 orang, dibandingkan dengan tingkat 7,18 kematian pada 2021.
Baca juga: WHO Perkirakan 90 Persen Populasi Dunia Memiliki Resistensi terhadap Covid-19
Penurunan populasi China tersebut merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang merekomendasikan tiap keluarga hanya memiliki satu anak. Kebijakan tersebut mulai diterapkan antara tahun 1980 dan 2015.
Baca juga: Sosiolog: Populasi Ukraina Diperkirakan Mencapai 35 Juta Orang di 2030
Faktor lain yang membuat turunnya populasi warga China adalah tingginya biaya pendidikan, yang membuat penduduk China saat ini hanya ingin memiliki satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.