Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, PORT-AU-PRINCE - Petugas Haiti memblokir jalan-jalan dan memaksa masuk ke bandara utama negara itu, untuk memprotes pembunuhan petugas polisi yang baru-baru ini dilakukan gerombolan bersenjata.
Dilansir dari New York Post, para pengunjuk rasa yang mengidentifikasi diri mereka sebagai petugas polisi pertama-tama menyerang kediaman resmi Perdana Menteri Ariel Henry pada Kamis (26/1/2023), menurut seorang saksi. Mereka kemudian membanjiri bandara utama Haiti ketika Henry tiba dari Argentina
PM Haiti sempat terjebak di bandara, namun berhasil kembali ke kediamannya di ibu kota negara itu, Port-au-Prince, pada Kamis malam, diikuti oleh pengunjuk rasa. Seorang saksi mengatakan mendengar tembakan senjata berat di dekat rumahnya.
Baca juga: Kolera Kembali Mewabah, 7 Orang di Haiti Tewas
Polisi Nasional Haiti dan Kantor Perdana Menteri Haiti tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Jalan-jalan di sekitar Port-au-Prince dan di beberapa kota di utara Haiti juga diblokir oleh pengunjuk rasa.
Sekelompok pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mengunjungi Haiti pada saat itu, dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan “semua personel Washington telah diperhitungkan dan mereka telah memindahkan beberapa pertemuan” sebagai tindakan pencegahan.
Kelompok hak asasi manusia Haiti RNDDH mengatakan dalam sebuah pernyataan, setidaknya 78 petugas polisi telah tewas sejak Henry berkuasa pada Juli 2021, yang berarti rata-rata lima orang polisi tewas setiap bulannya. RNNDH menyebut perdana menteri Ariel Henry dan kepala polisi nasional Haiti Frantz Elbe “bertanggung jawab atas setiap 78 nyawa yang hilang selama masa pemerintahan mereka”.
“Sejarah akan mengingat bahwa mereka tidak melakukan apa pun untuk melindungi dan melestarikan nyawa para agen yang memilih untuk melayani negara mereka,” tambah RNNDH.
Pada Kamis malam, kementerian luar negeri Bahama mengatakan perdana menteri negara itu telah memerintahkan semua warga Bahama, termasuk personel diplomatiknya, untuk meninggalkan Haiti jika kondisi keamaman sudah cukup stabil dan memungkinkan.
Baca juga: Kekerasan Antar Geng di Haiti Menewaskan 234 Orang dalam 5 Hari
Pekan lalu, empat petugas polisi di dekat ibu kota Haiti dibunuh oleh geng Vitelhomme, sementara baku tembak terjadi dengan geng Savien di kota Liancourt pada Rabu (25/1/2023). Baku tembak tersebut menyebabkan tujuh petugas polisi tewas, menurut laporan Kepolisian Nasional Haiti dan media setempat.
Asisten Menteri Luar Negeri AS Brian Nichols menyatakan belasungkawa kepada keluarga petugas polisi yang tewas dalam kekerasan terbaru yang terjadi di negara kawasan Karibia itu, dan mengatakan Amerika Serikat akan terus "membebankan biaya pada mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan keji ini."
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedang mendiskusikan pengiriman pasukan penyerang asing untuk menghadapi kelompok kriminal di Haiti. Rencana itu awalnya dibuat tiga bulan lalu, namun belum ada negara yang menawarkan untuk memimpin atau mengirim pasukan ke Haiti.