Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Jaksa Penuntut Umum Jerman Peter Frank mengatakan bahwa Jerman tidak memiliki bukti yang dapat mengaitkan Rusia dengan sabotase pipa gas Nord Stream 1 dan 2 di dasar Laut Baltik pada tahun lalu.
"Saat ini belum terbukti, penyelidikan sedang berlangsung. Sebagai bagian dari penyelidikan, dua kapal penelitian digunakan untuk mengumpulkan sampel air dan tanah dari lokasi ledakan dan memulihkan puing-puing dari jaringan pipa yang rusak, kami sedang mengevaluasi semua ini secara forensik," kata Frank pada Sabtu kemarin.
Menurut Frank, kecurigaan bahwa telah terjadi 'sabotase' yang dilakukan pihak asing dalam kasus ini, sejauh ini belum terbukti'.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (5/2/2023), empat kebocoran di dua pipa yang mengangkut gas Rusia ke Eropa melalui Jerman, ditemukan di dekat Pulau Bornholm Denmark di perairan teritorial Denmark dan Swedia pada akhir September 2022.
Baca juga: Jejak Bahan Peledak Ditemukan di Jalur Pipa Nord Stream yang Rusak, Swedia Benarkan Terjadi Sabotase
"Kedua negara Nordik itu telah melakukan penyelidikan sendiri atas ledakan tersebut, dan Jerman telah 'berhubungan' dengan mereka," jelas Frank.
Awal pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak mengomentari penyelidikan yang dilakukan oleh Jerman.
Ia mengatakan bahwa bukti nyata perlu diperoleh sebelum membuat pernyataan apapun.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menanggapi hal ini dengan mengatakan bahwa kurangnya transparansi tentang masalah dari Jerman menunjukkan bahwa 'Jerman menyembunyikan sesuatu'.
Pada Rabu lalu, The Times melaporkan bahwa penyelidik Jerman 'terbuka terhadap teori bahwa negara Barat melakukan pengeboman dengan tujuan menyalahkan Rusia'.
Pihak berwenang Swedia menyimpulkan pada November 2022 bahwa jaringan pipa telah disabotase, namun menahan diri untuk tidak menyebutkan pelakunya.
Baca juga: Mantan Penasehat Pentagon Tuduh Amerika dan Inggris Jadi Pihak yang Rusak Jalur Pipa Gas Nord Stream
Kendati demikian, itu tidak menghentikan Ukraina dan beberapa pendukung Barat-nya untuk menyalahkan Rusia.
Mereka mengklaim bahwa Rusia merusak infrastrukturnya sendiri untuk menekan Uni Eropa (UE) di tengah konflik di Ukraina.
Namun pihak berwenang Rusia telah menggambarkan tuduhan itu sebagai hal yang 'tidak masuk akal' dan menunjukkan fakta bahwa satu-satunya pihak yang diuntungkan dari tidak dapat dioperasikannya Nord Stream adalah Amerika Serikat (AS), yang secara drastis meningkatkan pasokan gas alam cairnya ke Eropa.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland mengatakan selama sidang kongres pekan lalu bahwa ia 'bersyukur' atas penghancuran Nord Stream.
Sementara itu, menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, pernyataan ini membuat Nuland secara efektif 'mengakui' keterlibatan AS dalam sabotase tersebut.