Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Tim penyelamat berpacu dengan waktu terkait beberapa faktor yang mereka hadapi saat ini di lokasi gempa Turki dan Suriah.
Pernyataan ini disampaikan seorang Pakar Perawatan Kritis, Dr Richard Edward Moon dari Duke University.
"Kurangnya air dan oksigen merupakan penghalang kritis untuk bertahan hidup," kata Dr Moon.
Dikutip dari laman BBC, Selasa (7/2/2023), ia menjelaskan setiap orang dewasa kehilangan hingga 1,2 liter air setiap harinya.
"Itu termasuk urine, embusan napas, uap air, dan keringat jika ada. Pada titik di mana delapan liter atau lebih telah hilang, saat itulah seseorang menjadi sakit kritis," kata Dr Moon.
Baca juga: Dubes RI untuk Turki: Seorang Ibu dan Dua Anaknya Tidak Bisa Dihubungi
Selain itu, saat ini Turki dan Suriah sedang memasuki musim dingin.
Orang dewasa rata-rata dapat mentolerir suhu serendah sekitar 21 derajat Celcius tanpa batas waktu.
Namun saat suhu menjadi lebih dingin, tubuh kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan panas.
"Pada titik itu, suhu tubuh pada dasarnya mengikuti suhu lingkungan. Dan kecepatan terjadinya hal (kondisi kritis) itu akan bergantung pada isolasi yang mungkin dimiliki orang tersebut, atau seberapa banyak tempat berlindung di bawah tanah yang mungkin mereka miliki. Namun pada akhirnya, banyak yang tidak beruntung karena mungkin mengalami hipotermia," jelas Dr Moon.
Baca juga: Penyanyi Neta Gabrynev Bersyukur Sudah Pulang dari Liburan ke Cappadocia Sebelum Gempa Guncang Turki
Dr Moon pun mengaku sangat berduka dan merasakan apa yang dirasakan para korban serta para relawan maupun dokter yang bertugas di lapangan dalam mengevakuasi korban.
"Hati saya tertuju kepada mereka yang terjebak, dan juga kepada para pekerja yang melakukan yang terbaik untuk mengeluarkan mereka dari masalah," kata Dr Moon.
Gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang wilayah Turki dan Suriah.
Gempa berpusat di selatan Turki, tepatnya di provinsi Kahramanmaras pada Senin (6/2/2023) sekira pukul 04.17 waktu setempat.
Baca juga: 10 WNI Jadi Korban Luka Gempa Bumi di Turki, 1 Patah Tulang Punggung
Turki dan Suriah merupakan negara tetangga, sedangkan pusat gempa yakni di Kahramanmaras berada di perbatasan kedua negara.
Jumlah korban jiwa akibat gempa Turki dan Suriah saat ini tercatat berjumlah 4.890 orang pada Selasa (7/2/2023).
Korban jiwa di Turki meningkat menjadi 3.381 dan 20.426 terluka.
Sementara itu, korban meninggal di Suriah menjadi 1.509 orang dan 3.548 orang terluka.
Sejauh ini, 11.000 bangunan dilaporkan rusak di Turki dan hampir 25.000 responden darurat bekerja di lokasi yang terkena dampak.
Tim penyelamat menggunakan setidaknya 10 kapal dan 54 pesawat untuk mengangkut yang terluka dan membantu operasi pencarian.
Bantuan untuk Turki dan Suriah berdatangan dari berbagai negara, dikutip dari Al Jazeera.
Pesawat Irak dan Iran membawa bantuan untuk korban gempa Turki dan Suriah, termasuk membawa makanan, obat-obatan, dan selimut pada Selasa pagi.
India juga mengerahkan tim penyelamat menuju Turki dengan regu anjing dan pasokan medis, dikutip dari CNN International.
Pakistan juga telah mengirimkan dua tim pencarian dan penyelamatan ke negara yang porak poranda.
Sementara Australia dan Selandia Baru memberikan dana untuk bantuan kemanusiaan.
Selain itu, 10 unit tentara Rusia dengan lebih dari 300 tentara membersihkan puing-puing dan membantu operasi pencarian dan penyelamatan di Suriah.
Amerika Serikat mengatakan akan mengirim dua unit pencarian dan penyelamatan ke Turki.
Rumah sakit di negara itu kewalahan saat para korban mencari pertolongan, dengan beberapa fasilitas rusak akibat gempa.
Ada kekhawatiran khusus tentang penyebaran penyakit, terutama di kalangan anak-anak, yang sudah hidup dalam kesulitan yang luar biasa.
Musim dingin ini sangat sulit karena kondisi beku dan wabah kolera.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) mengatakan tim tanggap darurat dari Koordinasi dan Penilaian Bencana PBB (UNDAC), Kelompok Penasihat Pencarian dan Penyelamatan Internasional (INSARAG) dan Tim Medis Darurat WHO (EMT) sedang dimobilisasi ke Turki untuk membantu respons kemanusiaan.
100 Gempa Susulan
Setidaknya 100 gempa susulan berkekuatan 4,0 atau lebih telah terjadi sejak gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Turki selatan pada Senin pagi waktu setempat, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
Semakin lama waktu gempa asli, frekuensi dan besarnya gempa susulan cenderung menurun, dikutip dari APA.
Namun, gempa susulan 5,0 hingga 6,0 lebih masih mungkin terjadi dan membawa risiko kerusakan tambahan pada struktur yang terganggu akibat gempa asli.
Hal ini membawa ancaman lanjutan bagi tim penyelamat dan penyintas.
Gempa susulan membentang lebih dari 300 kilometer (186 mil) di sepanjang zona patahan yang pecah di Turki selatan, berorientasi dari barat daya ke timur laut dan membentang dari perbatasan dengan Suriah melalui provinsi Malatya.