TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat tiga bulan di 10 provinsi pada Selasa (7/2/2023).
Keadaan darurat ini dimaksudkan untuk fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan pascagempa di Turki.
"Kami telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat untuk memastikan operasi dilakukan dengan cepat," kata Erdogan, dikutip dari Reuters.
Erdogan juga mengatakan bahwa 70 negara telah menawarkan bantuan dalam operasi pencarian dan penyelamatan.
Turki juga berencana membuka hotel di pusat pariwisata Antalya, di sebelah barat, untuk sementara menampung orang-orang yang terkena dampak gempa.
Erdogan mengatakan jumlah korban tewas di Turki telah meningkat menjadi 3.549 orang.
Baca juga: Arkeolog Rusia Siap Bantu Perbaiki Benteng Gaziantep yang Rusak akibat Gempa Turki
Cuaca yang lebih buruk diperkirakan akan melanda wilayah tersebut dan berpotensi semakin menghambat operasi penyelamatan.
Bangunan yang tumbang dan jalan yang hancur juga menyulitkan untuk menemukan korban selamat dan mendapatkan bantuan penting ke daerah yang terkena dampak, dikutip dari Al Jazeera.
Beberapa bandara juga ditutup setelah rusak akibat gempa.
Baca juga: Jokowi Sebut Pemerintah Indonesia Segera Kirimkan Bantuan untuk Korban Gempa Turki
Gempa di Turki
Turki dan Suriah dilanda gempa bumi berkekuatan 7,8 SR pada Senin (6/2/2023) sekira pukul 4.17 waktu setempat.
Gempa bumi besar kedua kembali terjadi pada hari yang sama, dengan kekuatan 7,5 SR pada siang hari.
Pada saat penulisan berita ini, lebih dari 5.000 orang tewas, puluhan ribu luka parah, dan masih banyak orang yang hilang, dikutip dari CNBC Internasional.
Gempa tersebut menghancurkan sedikitnya 6.000 bangunan.
Baca juga: Update Jumlah Korban Gempa Turki Mencapai 5109 Korban Jiwa, 26000 Orang Lainnya Luka-luka