Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA – Korban tewas akibat gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah dengan kekuatan Magnitudo 7,8 dilaporkan melonjak mencapai 21.000 orang, pada Jumat (10/2/2023).
Dimana 17.674 orang dinyatakan telah tewas di Turki, sementara 3.377 diketahui telah meninggal di Suriah, sisanya sebanyak 70.000 jiwa mengalami luka – luka, sebagaimana yang dilansir dari otoritas bencana dan darurat Turki.
Sejak gempa mengguncang kedua wilayah tersebut pada awal pekan kemarin, tim penyelamat di Turki dan Suriah masih terus melanjutkan upaya terakhir untuk mencari dan mengevakuasi korban selamat yang terjebak puing-puing.
Baca juga: Ahli Gempa Peringatkan Wilayah Rusia Berpotensi Punya Nasib Sama Seperti Turki
Akan tetapi, saat pencarian telah memasuki hari keempat, harapan mulai memudar. Para ahli mengatakan orang dapat bertahan hidup selama seminggu atau lebih.
Namun, karena suhu ekstrim yang melanda Turki, kemungkinan mempersulit tim untuk menemukan orang yang masih hidup dalam suhu yang sangat dingin.
Tercatat hingga kini sebagian besar dari korban yang tertimbun reruntuhan menyerah karena hipotermia
"Ratusan keluarga masih terjebak di bawah reruntuhan saat suhu berada satu digit pada siang hari dan di bawah nol pada malam. Setiap detik berarti menyelamatkan nyawa, namun Kami berada pada titik kritis kami hampir kehabisan waktu” ujar kelompok penyelamat sukarelawan Pertahanan Sipil Suriah (Helm Putih) yang tengah beroperasi.
Seperti di kota Nurdagi sebagian besar kota rata dengan tanah dan tumpukan salju.
Meski tengah dihadapkan dengan keterbatasan, mesin-mesin berat mulai diterjunkan untuk membelah reruntuhan bangunan yang telah hancur berantakan.
Salah satu korban selamat, Yilmaz memperkirakan setidaknya ada sekitar 80 orang masih berada di bawah reruntuhan, walau kemungkinan korban yang ditemukan hidup-hidup sangat kecil.
Ancaman suhu ekstrem tak hanya mempersulit proses evakuasi, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan suhu dingin serta ketegangan zona konflik berpotensi menimbulkan bencana baru bagi ratusan ribu penyintas gempa Turki dan Suriah yang kehilangan tempat tinggal.
Imbas insiden tersebut bantuan yang dikirimkan barat seperti tenda pengungsian tertunda hingga ribuan orang kini tinggal di tempat terbuka dalam kondisi yang memburuk.
Lambannya pemerintah pusat dalam menangani bencana ini membuat Erdogan sempat dikritik habis – habisan. Salah satu kritik tajam kepada Erdogan itu disampaikan oleh Kemal Kılıcdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki.
Dia menuduh pemerintah gagal bekerja sama dengan otoritas lokal dan melemahkan organisasi non-pemerintah yang dapat membantu.
Terlepas dari itu Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan lebih dari 110.000 personel telah mengambil bagian dalam upaya penyelamatan. Sementara lebih dari 5.500 kendaraan, termasuk traktor, derek, buldoser, dan ekskavator telah dikerahkan.