Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Jerman memutuskan untuk menangguhkan upaya pencarian dan penyelamatan korban gempa di Turki akibat memburuknya situasi keamanan.
Dikutip dari Reuters, Badan Penyelamatan Internasional Jerman (ISAR) dan Badan Bantuan Teknis Federal Jerman (THW) mengatakan mereka akan melanjutkan operasi penyelamatan segera setelah badan perlindungan sipil Turki AFAD mengklasifikasikan situasi aman.
“Situasi keamanan sedikit memburuk seiring berlalunya hari sejak bencana dan ini biasa terjadi dalam keadaan seperti itu,” kata Steven Bayer, manajer operasi ISAR.
Baca juga: Update Gempa Turki dan Suriah: Korban Tewas Tembus 25.000 Jiwa, Bentrokan Terjadi di Kota
"Ada peningkatan laporan bentrokan antara kelompok yang berbeda, dan tembakan dikatakan telah dilepaskan," imbuhnya.
Otoritas Turki belum melaporkan bentrokan di wilayah yang dilanda gempa, tetapi Presiden Tayyip Erdogan mengomentari situasi keamanan umum pada Sabtu (11/2/2023), mencatat keadaan darurat telah diumumkan dan telah terjadi beberapa penjarahan.
Di sisi lain, Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria (AFDRU) juga sempat menghentikan operasi pada Sabtu, lalu kembali dilanjutkan, dengan juru bicara Kementerian Pertahanan Swiss Michael Bauer mengatakan tentara Turki telah mengambil alih perlindungan kontingen AFDRU.
Sekitar 82 petugas penyelamat dari angkatan bersenjata Austria telah berada di Antakya, Turki, sejak 7 Februari dan ahli mereka telah berhasil mengevakuasi sembilan orang dari puing-puing bangunan yang runtuh akibat gempa bermagnitudo 7,8.
Terlepas dari itu, Swiss mengatakan sedang memantau dengan cermat situasi keamanan di Provinsi Hatay, Turki dan langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan.