TRIBUNNEWS.COM - Selama proses evakuasi korban gempa di Turki dan Suriah, banyak keajaiban yang tercipta.
Salah satunya datang dari seorang wanita bernama Necla Camuz yang tinggal di Provinsi Hatay, Turki, lokasi paling parah saat terjadi gempa pada Senin (6/2/2023) lalu.
Necla Camuz tertimbun bangunan rumahnya selama berhari-hari.
Ia tertimbun bersama putranya yang baru ia lahirkan pada 27 Januari 2023.
Dikutip dari BBC, Necla dan keluarganya tinggal di lantai dua sebuah gedung modern berlantai lima di Kota Samandag.
Rumahnya adalah "bangunan yang bagus", katanya, dan dia merasa aman di sana.
Baca juga: Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas Diprediksi Tembus 50 Ribu Orang dan 5,3 Juta Orang Kehilangan Rumah
Dia tidak tahu pagi itu bahwa daerahnya akan terkoyak oleh gempa, dengan bangunan yang rusak dan hancur di mana-mana.
"Ketika gempa dimulai, saya ingin pergi ke suami saya yang berada di ruangan lain, dan dia ingin melakukan hal yang sama," katanya.
"Tetapi ketika dia mencoba untuk datang kepada saya dengan putra kami yang lain, lemari itu menimpa mereka dan tidak mungkin bagi mereka untuk bergerak."
"Saat gempa semakin besar, tembok roboh, ruangan berguncang, dan bangunan berubah posisi."
"Saat berhenti, saya tidak sadar sudah jatuh satu lantai ke bawah. Saya meneriakkan nama mereka tapi tidak ada jawaban," ungkapnya.
Baca juga: Korban Meninggal di Gempa Turki dan Suriah Naik Jadi 33.000 Jiwa, Beberapa Negara Tarik Bantuan
Wanita berusia 33 tahun itu mendapati dirinya berbaring dengan bayinya di dadanya, masih dalam pelukannya.
Sebuah lemari pakaian yang jatuh di sebelahnya telah menyelamatkan nyawa mereka dengan mencegah lempengan beton besar menghancurkan mereka.
Pasangan ini akan tetap di posisi ini selama hampir empat hari.
Necla akhirnya menamai putranya itu dengan nama Yagiz, yang artinya adalah "pemberani".
AS Desak Semua Pihak di Suriah untuk Izinkan Akses Bantuan
Amerika Serikat telah mendesak semua pihak yang ada di Suriah, untuk segera memberikan akses kemanusiaan di wilayah yang terdampak gempa.
"Semua bantuan kemanusiaan harus diizinkan untuk bergerak melalui semua penyeberangan perbatasan, dan distribusi bantuan harus diizinkan ke semua daerah yang terkena dampak tanpa penundaan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: PBB Akui Telantarkan Korban Gempa di Suriah, Pengiriman Bantuan Dinilai Lamban
AS pun juga telah meminta Presiden Suriah, Bashar al-Assad untuk memberikan akses langsung ke bantuan kemanusiaan kepada yang membutuhkan.
Washington juga mendesak untuk menindaklanjuti otorisasi menyeluruh untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Seorang juru bicara PBB mengatakan sebelumnya bahwa bantuan gempabumi dari bagian Suriah yang dikuasai pemerintah ke wilayah yang dikuasai oposisi, telah tertahan oleh "masalah persetujuan" dengan satu kelompok bersenjata.
Sebelumnya, AS juga telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk "segera memberikan suara" mengesahkan pengiriman bantuan PBB ke Suriah barat laut.
Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dikuasai pemberontak melalui lebih banyak penyeberangan perbatasan dari Turki.
Baca juga: Turki Keluarkan Surat Penahanan Terhadap Kontraktor Bangunan Pascagempa Turki-Suriah
Sejak 2014, PBB telah mampu memberikan bantuan kepada jutaan orang yang membutuhkan di bagian barat laut Suriah yang dilanda perang melalui Turki di bawah mandat Dewan Keamanan.
Tapi saat ini dibatasi hanya menggunakan satu penyeberangan perbatasan.
"Saat ini, setiap jam penting," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Reuters.
"Orang-orang di daerah yang terkena dampak mengandalkan kami."
"Kita tidak bisa mengecewakan mereka – kita harus segera memberikan suara pada resolusi untuk mengindahkan seruan PBB untuk otorisasi penyeberangan perbatasan tambahan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan," katanya.
"Saatnya untuk bergerak dengan urgensi dan tujuan," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)