Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRİBUNNEWS.COM, ISTANBUL – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji melanjutkan upaya penyelamatan dan pemulihan pasca negaranya di guncang gempa bumi bermagnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023).
"Kami akan melanjutkan pekerjaan kami sampai kami memindahkan warga terakhir yang tersisa di bawah bangunan yang runtuh," kata Erdogan usai menghadiri rapat kabinet yang diadakan di markas Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD), Selasa (14/2/2023) malam.
Dia mengatakan rekonstruksi akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang usai pendataan seluruh bangunan yang hancur selesai dilakukan.
"Kami akan membangun kembali semua rumah dan tempat kerja, yang hancur atau tidak dapat dihuni akibat gempa, dan menyerahkannya kepada pemilik yang sah," sambungnya.
Erdogan juga mengakui adanya kesalahan dalam upaya penanganan bencana tersebut, tetapi dia mengklaim situasinya sudah mulai terkendali untuk saat ini.
“Kita menghadapi salah satu bencana alam terbesar tidak hanya di negara kita tetapi juga dalam sejarah umat manusia,” kata Erdogan, melansir Reuters, Rabu (15/2/2023).
Baca juga: Jumlah Dokter Cukup, Relawan Disarankan Tidak Lanjutkan Perjalanan ke Turki
Terlepas dari itu, jumlah korban tewas akibat gempa yang mengguncang Turki dan Suriah telah meningkat lebih dari 41.000 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 35.418 orang meninggal di Turki, sementara 5.814 orang meninggal di Suriah.
Baca juga: Emergency Medical Team Indonesia Tiba di Hatay Turki, Siap Bangun RS Lapangan
Tim SAR dari sejumlah negara khawatir terhadap kondisi korban gempa mengingat suhu dingin yang menyelimuti Turki dan bantuan yang belum banyak didapatkan.