TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) ke-39, Jimmy Carter, memutuskan untuk menjalani Hospice Care, Sabtu (18/2/2023).
Pria kelahiran 1924 ini merupakan pemimpin Amerika tertua yang masih hidup.
Sebagai informasi, Hospice Care merupakan pelayanan kepada pasien dengan penyakit terminal (stadium akhir), karena pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi (dokter sudah angkat tangan).
Dikutip Google, Perawatan ini bertujuan untuk meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari klien, berlandaskan pada aspek bio-psikospiritual.
Selengkapnya, simak profil Jimmy Carter yang Tribunnews.com rangkum dari beberapa sumber:
Siapa Jimmy Carter?
Dikutip dari situs Biography, Jimmy Carter adalah Presiden AS ke-39.
Ia dianugrahi Hadiah Nobel Perdamainan pada 2002 lalu.
Baca juga: Mantan Presiden AS, Jimmy Carter Jalani Hospice Care, Ingin Habiskan Sisa Hidup dengan Keluarga
Masa muda Jimmy Carter
Pria dengan nama lengkap James Earl Carter Jr, lahir pada 1 Oktober 1924 di Plains, Gerogia, Amerika Serikat.
Ayahnya, James Sr, adalah seorang petani kacang yang dikenal pekerja keras,
Ibunya, Bessie Lillian Gordy adalah seorang perawat.
Keluarga Carter memiliki sebidang kecil tanah, gudang dan toko.
Ketika Carter berusia empat tahun, keluarganya pindah ke Archery, sebuah kota yang berjarak dua mil dari Plains.
Carter merupakan anak yang rajin dan baik, ia mulai bekerja dengan ayahnya pada usia 10 tahun.
Sewaktu kecil, Carter senang menikmati waktu bersama sang ayah di malam hari, mendengarkan pertandingan bisbol dan acara politik di radio.
Baca juga: Alasan Mantan Presiden AS, Donald Trump Tak Diundang ke Pemakaman Ratu Elizabeth II
Pendidikan yang ditempuh Jimmy Carter
Carter tumbuh di keluarga yang religius.
Orang tuanya merupakan anggota Gereja Baptis Plains.
Carter bersekolah di Plains High School yang mayoritas kulit putih, sementara penduduk kulit hitam di daerah itu menerima pendidikan di rumah atau gereja.
Carter belajar teknik di Gerogia Southwestern Junior College sebelum bergabung dengan program Naval ROTC untuk belajar studi teknik di Georgia Institute of Technology.
Ia kemudian melamar ke Akademi Angkatan Laut di Annapolis, Maryland pada musim panas 1943.
Meski tidak cocok berada di militer, Carter berprestasi di bidang akademik.
Saat libur musim panas, Carter berjumpa kembali dengan teman masa kecilnya, Rosalynn Smith.
Mereka akhirnya menikah pada Juni 1946.
Baca juga: Mantan Presiden AS Bill Clinton Dirawat di Rumah Sakit
Kembali menjadi petani kacang
Carter memiliki tiga putra, John William (1947), James Earl Carter III (1950), dan Donnel Jeffrey (1952).
Pada 1967, lahirlah seorang putri bernama Amy.
Pada Juli 1953, ayah Carter meninggal karena kanker pankreas.
Setelah kematian sang ayah, bisnis pertanian kacang dan keluarganya berantakan.
Meskipun awalnya sang istri menolak, Carter memindahkan keluarganya kembali ke pedesaan Georgia agar dapat merawat ibunya dan mengambil alih bisnis keluarga.
Di Georgia, Carter menghidupkan kembali pertanian keluarga dan menjadi aktif dalam politik komunitas, memenangkan kursi di Dewan Pendidikan Kabupaten Sumter pada tahun 1955 dan akhirnya menjadi ketuanya.
Baca juga: Beda Pandangan Politik, Duo Petinggi Facebook Dikabarkan Ribut Gegara Mantan Presiden AS Trump
Prestasi Jimmy Carter sebagai politisi
Tahun 1950-an merupakan periode perubahan besar di Amerika Selatan.
Pada tahun 1962, Carter mencalonkan diri untuk Senat Negara Bagian Georgia.
Selama menjabat sebagai senator dua periode, Carter mencuri perhatian sebagai politisi tangguh dan berdedikasi yang dengan gigih mendukung hak-hak sipi.
Pada 1966, sempat mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
Tapi, Carter malah memutuskan mencalonkan diri sebagai gubernur, meski tidak terpilih.
Pada 1970, Carter kembali maju dalam putaran gubernur.
Kampanyenya secara khusus menargetkan pemilih kulit putih pedesaan yang menolaknya pada 1966 karena terlalu liberal.
Strategi yang diusung Carter berhasil, ia pun terpilih menjadi gubernur Gerogia.
Kiprah Jimmy Carter di panggung nasional
Carter dengan cermat mengamati arus politik nasional pada 1970-an.
Anggota Partai Demokrat ini adalah satu dari 10 kandidat pencalonan presiden pada 1976.
Sebagai sosok yang kurang dikenal, anonimitas Carter terbukti menguntungkan.
"Saya tidak akan pernah berbohong."
"Saya tidak akan pernah menghindari masalah kontroversial."
"Pemimpin, Untuk Perubahan."
Slogan kampanyenya ini menyentuh perasaan pemilih.
Carter menang pemilihan dan menjadi presiden ke-39 Amerika Serikat.
Baca juga: Mantan Presiden AS Barack Obama Positif Covid-19, Sebut Tenggorokannya Gatal Berhari-hari
The Carter Center
Pada 1982, Carter mendirikan The Carter Center, organisasi nirlaba nonpemerintah.
Dikutip dari laman resmi Carter Center, presiden AS ke-39 dan sang istri bermitra dengan Universitas Emory.
Tujuan didirikan Carter Center adalah memajukan hak asasi manusia dan mengurangi penderitaan manusia.
Misinya termasuk membantu meningkatkan kualitas hidup orang-orang di lebih dari 80 negara.
Masalah kesehatan yang diderita Jimmy Carter
Pada 12 Agustus 2015, Carter menjalani operasi untuk mengangkat massa dari hatinya.
Di tahun itu, Carter didiagnosis menderita kanker pankreas.
"Operasi hati baru-baru ini mengungkapkan bahwa saya menderita kanker yang sekarang ada di bagian lain tubuh saya," ucapnya kala itu.
"Saya akan mengatur ulang jadwal saya seperlunya sehingga saya dapat menjalani perawatan oleh dokter di Emory Healthcare," ungkapnya.
Sepekan kemudian, pada 20 Agustus, Carter mengadakan konferensi pers, dan mengatakan dokter menemukan melanoma.
Dia kemudian menjalani perawatan radiasi dan mengubah jadwalnya yang padat secara dramatis setelah ditemukan empat lesi di otaknya.
Pada awal Desember 2015, Carter secara resmi mengumumkan pemeriksaan tidak menemukan jejak dari empat lesi otak.
Pada 21 Maret 2019, Carter menjadi Presiedn AS yang paling lama hidup dengan usia 94 tahun 172 hari.
Usianya melampaui angka yang dicapai umur George HW Bush.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)