Israel Temukan Persenjataan Rusia di Gudang Hizbullah di Lebanon Selatan, Masuk dari Mana?
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan yang diterbitkan Wall Street Journal menyatakan bahwa Israel menemukan sejumlah besar senjata Rusia milik Hizbullah di Lebanon selatan.
Dari mana Hizbullah mendapat persenjataan Rusia?
Baca juga: Pakar Militer: Rudal Hizbullah ke Tel Aviv Model Malaikat, Hulu Ledak 250 Kg, Jangkauan 250 Km
Menurut pejabat keamanan Suriah dan seorang pejabat Arab, beberapa senjata, termasuk rudal anti-tank Kornet modern yang diproduksi pada tahun 2020, dikirim ke Lebanon selatan dalam beberapa tahun terakhir dari persediaan Rusia di negara tetangga Suriah.
Rusia telah lama memasok senjata kepada tentara rezim Suriah, serta mengendalikan beberapa gudang senjata swasta di negara tersebut.
Laporan tersebut mencatat, meskipun para pemimpin militer Israel mengetahui bahwa Hizbullah memiliki beberapa senjata buatan Rusia, ketidakmampuan mereka untuk mengakses bagian selatan Lebanon sejak berperang dengan Hizbullah pada tahun 2006 membuat sulit untuk mengetahui sepenuhnya kemampuan kelompok ini.
Diketahui, senjata Rusia yang dimiliki Hizbullah cenderung kurang canggih, dan beberapa di antaranya berasal dari era Soviet.
Dulu Sopir Angkot, Pria Ini Sekarang Jadi Konglomerat, Hartanya Rp800 Triliun, Intip Ladang Cuannya!
Daftar Tokoh Nyaleg 'Dapil Neraka' Banten III: Rudy Golden Boy, Konglomerat Hary Tanoe, Eks Gubernur
Namun senjata Hizbullah yang ditemukan Israel kini lebih baru, lebih canggih, dan hadir dalam jumlah yang lebih besar dari perkiraan para analis militer.
Para analis mengatakan bahwa senjata-senjata ini sangat meningkatkan kemampuan Hizbullah dalam menanggapi serangan Israel.
Menurut laporan tersebut, senjata anti-tank seperti Kornet termasuk senjata paling efektif di gudang senjata Hizbullah, dan digunakan untuk membunuh banyak tentara Israel.
Israel Kian Was-was
Penemuan senjata ini juga menambah ketakutan di Israel kalau Rusia mungkin memperdalam hubungannya dengan Hizbullah, meskipun Moskow sudah lama memberikan jaminan bahwa mereka tidak memihak dalam konflik antara Israel dan negara-negara tetangganya.
Arkady Melman, mantan duta besar Israel untuk Rusia, mengatakan: “Israel harus lebih tegas dan membela kepentingannya.”
Melman, yang sekarang bekerja sebagai peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv, menambahkan: “Kita harus menjelaskan dan menyampaikan kepada Rusia bahwa kita tidak akan lagi mengizinkan bantuan apa pun kepada (Hizbullah) dan Iran yang akan merugikan Israel. .”
Pemerintah Rusia dan Kementerian Luar Negeri Suriah tidak menanggapi permintaan komentar. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak berkomentar, disclaimer Khaberni.