"Israel" juga menderita kerugian besar di wilayah utara, terutama karena Hizbullah memperluas operasinya hingga mencakup Haifa dan operasi ini menjadi rutin.
Eskalasi ini berdampak parah pada industri, pertanian, perdagangan, dan pariwisata di wilayah tersebut.
Agresi Israel terhadap Lebanon telah mengakibatkan beban keuangan yang berat.
Pemerintah terpaksa membayar kompensasi yang besar kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah Palestina utara yang diduduki atas kerugian yang mereka derita.
Situasi ekonomi di utara diketahui kian memburuk karena Hizbullah terus menyerang Haifa, memecahkan rekor peluncuran lebih dari 100 roket ke Krayot pada Senin.
Media Israel mencatat, hal ini menandai serangan rudal Hizbullah terberat di Krayot sejak dimulainya perang yang sedang berlangsung.
Pasukan pendudukan Israel (IDF) mengakui roket tersebut diluncurkan dari daerah perbatasan, yang diklaim telah dibersihkan baru-baru ini.
IDF mengonfirmasi sekitar 90 roket ditembakkan ke arah utara dalam waktu 40 menit dari lokasi yang mereka katakan sebelumnya telah diduduki pasukan Hizbullah.
Dulu Sopir Angkot, Pria Ini Sekarang Jadi Konglomerat, Hartanya Rp800 Triliun, Intip Ladang Cuannya!
Daftar Tokoh Nyaleg 'Dapil Neraka' Banten III: Rudy Golden Boy, Konglomerat Hary Tanoe, Eks Gubernur
Setelah serangan itu, Yona Yahav mengatakan kepada Channel 12, jumlah roket yang ditembakkan ke Haifa termasuk yang tertinggi sejak Hizbullah mulai menargetkan pemukiman Israel utara pada 8 Oktober 2024.
Terkait hal itu, surat kabar Israel Hayom melaporkan pada 23 September 2024, serangan roket dan rudal Hizbullah berdampak langsung pada Haifa, membuat jalan-jalan di sana benar-benar kosong dari pemukim Israel.
Surat kabar itu mengutip seorang pemukim yang mengatakan, tidak ada peringatan yang diberikan di Haifa sebelum serangan Hizbullah.
Akibatnya, Rumah Sakit Rambam memindahkan semua kegiatannya ke garasi mobil. Sementara itu, otoritas pendudukan di Haifa mengumumkan penghentian kegiatan belajar mengajar.
(oln/khbrn/*)