"Mereka tidak memberi kami (para pemukim) ampun," kata Yahav, Sabtu malam.
Yahav menambahkan, Haifa merupakan kota terbesar ketiga di Palestina yang diduduki.
Haifa adalah tempat bagi banyak lembaga dan tempat usaha.
Di hari yang sama, Hizbullah telah mengumumkan tujuh operasi, lima di antaranya terkoordinasi dan serentak.
Operasi-operasi itu menargetkan Haifa menggunakan drone dan roket canggih.
Sejumlah fasilitas penting menjadi target serangan. Di antaranya adalah markas besar komando Angkatan Laut (AL) Shayetet 13 di Atlit, sebelah selatan Haifa.
Pangkalan AL Stella Maris diketahui telah menjadi sasaran Hizbullah sebanyak dua kali.
Kemudian, ada Pangkalan Teknis dan AL Haifa, Pangkalan Tirat Carmel, dan Pangkalan Bahan Bakar Nesher.
Dulu Sopir Angkot, Pria Ini Sekarang Jadi Konglomerat, Hartanya Rp800 Triliun, Intip Ladang Cuannya!
Daftar Tokoh Nyaleg 'Dapil Neraka' Banten III: Rudy Golden Boy, Konglomerat Hary Tanoe, Eks Gubernur
Semua pangkalan yang menjadi sasaran terletak antara 35-40 kilometer dari perbatasan Palestina-Lebanon.
Jalanan Kosong, Toko-toko Tutup
Yona Yahav juga sebelumnya mengungkapkan, Haifa telah mengalami pukulan telak dalam hal ekonomi, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Semuanya terhenti, jalan-jalan kosong dan toko-toko tutup," ungkapnya, Selasa (12/11/2024).
Dalam pernyataan kepada militer Israel, Yahav memperingatkan, jika ekonomi Haifa terganggu, hal itu akan berdampak pada seluruh "Israel".
Ia juga menekankan, "Israel hanya akan kuat jika Utara kuat."
Selama lebih dari sebulan, Hizbullah telah menembaki Haifa. Pada Senin (11/11/2024), media Israel menggambarkan situasi tersebut sebagai "kegilaan di Teluk Haifa" menyusul peluncuran sekitar 100 roket oleh Hizbullah yang menargetkan wilayah Krayot dan Haifa.