Beberapa pembeli telah menghabiskan lebih dari 500 ribu dolar AS untuk rumah mewah di tepi laut, menurut agen real estat setempat.
“Situasi telah berubah di dalam negeri,” kata Malygaevareal, mengacu pada kondisi ekonomi yang sulit di Rusia.
“Orang-orang yang punya uang datang ke luar negeri dan siap membayar uang untuk sekolah internasional, yang biayanya lebih murah daripada di Moskow,” tambahnya.
Seorang agen perjalanan Rusia di Phuket, yang berbicara tanpa menyebut namanya, mengatakan beberapa orang Rusia telah tiba dengan tiket sekali jalan dan visa turis.
“(Mereka) hanya tidak pulang… mereka di sini untuk menghindari wajib militer,” ungkapnya.
Masuknya orang Rusia secara massal juga terlihat di kawasan wisata populer lainnya seperti Koh Samui, pulau terbesar kedua di Thailand, dan resor pesisir timur Pattaya, tempat komunitas Rusia yang cukup besar terkonsentrasi di kota pantai Jomtien selama bertahun-tahun.
“Lebih banyak orang Rusia yang pindah ke Pattaya sejak Oktober. Mereka kebanyakan adalah pasangan muda yang mengkhawatirkan keselamatan mereka,” kata kepala pendeta Gereja Ortodoks Rusia di Pattaya, Mikhail Ilyin.
Baca juga: Tidak Ada Pembahasan Proposal Perdamaian di Pertemuan Menlu Rusia dan Wang Yi
Namun, invasi Rusia tidak hanya mengundang keuntungan bagi Thailand. Seorang tukang pijat Thailand berusia 40-an, Dar, mengatakan dia meninggalkan pekerjaannya di spa kelas atas di Moskow karena rubel jatuh dan gajinya turun. Dar telah menemukan pekerjaan baru di Jomtien, di mana keterampilan bahasanya yang langka berhasil memenangkan hati klien Rusia.
“Para wanita mengatakan kepada saya bahwa mereka sangat ingin mendapatkan suami, pacar, atau anak-anak mereka untuk datang ke sini untuk tinggal,” katanya, yang meminta untuk disebut hanya dengan nama depannya.
“Jadi mereka datang lebih dulu dan mencari rumah dan mencoba membuat visa untuk laki-laki mereka,” imbuhnya.
Namun, Visa tidak mudah diperoleh seperti dulu setelah skandal besar terungkap pada November yang melibatkan polisi imigrasi Thailand yang membantu mafia China membawa ribuan orang ke Thailand melalui pekerjaan palsu dan skema sukarela.
Hal itu berarti orang Rusia harus mengajukan visa kepemilikan properti mahal yang dikenal sebagai "Kartu Elite", yang memungkinkan waktu tinggal dalam jangka panjang untuk sebuah keluarga dengan biaya sekitar 25 ribu dolar AS.
“Tidak semudah yang mereka pikirkan untuk tinggal lama di sini. Beberapa berpikir untuk kembali karena mereka kehabisan pilihan," ujar IIyin.
Aliran uang dan orang Rusia ke Thailand juga menimbulkan kebencian di beberapa kalangan.