TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah militer Myanmar membantah melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil di kompleks biara Buddha, desa Nam Nein, Negara Bagian Shan, Myanmar.
Juru bicara Dewan Militer Myanmar, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan kekerasan tersebut diprakarsai oleh pasukan perlawanan dan milisi yang menyergap pasukan tentara.
Mereka kemudian memasuki desa tempat pertempuran berlanjut.
Ia mengatakan, Partai Progresif Nasional Karenni (milisi minoritas anti-militer Myanmar) bersama sekutunya (Pasukan Pertahanan Nasionalitas Karenni dan Pasukan Pertahanan Rakyat), telah mengancam wilayah itu.
“Ketika (para) kelompok teroris melepaskan tembakan dengan keras, terlihat bahwa beberapa penduduk desa tewas dan terluka,” katanya dalam wawancara dengan Global New Light of Myanmar, Selasa (14/3/2023).
Zaw Min Tun mengatakan, tentara hanya melakukan serangan balik terhadap tiga kelompok perlawanan.
Baca juga: Militer Myanmar Semakin Brutal, Belasan Warga Sipil Dibantai
Militer Myanmar juga membantah laporan yang menyebut tentara Myanmar bertanggung jawab atas pembunuhan penduduk desa.
Kronologi
Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) yang anti-pemerintah, mengunggah foto-foto dan video di lokasi kejadian di desa Nam Neim.
Kejadian itu terjadi pada Sabtu (11/3/2023), namun dipublikasikan pada hari Minggu (12/3/2023).
Terlihat para korban tergeletak di tanah dengan berlumuran darah.
Selain itu, terlihat banyak bekas penembakan peluru di dinding, dikutip dari AP News.
Sejumlah 22 orang meninggal dunia dengan luka tembak.
Tiga di antara korban jiwa itu adalah biksu dan seorang wanita.
Baca juga: Pertemuan Menlu AS dan Menlu RI di India Bahas ASEAN, Afghanistan Hingga Myanmar