TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Rusia ditahan oleh pihak berwajib setelah putrinya melukis gambar anti-perang di sekolah.
Pada Selasa (28/3/2023) ia dijatuhi hukuman dua tahun karena dinilai mendiskreditkan angkatan bersenjata.
Dikutip Guardian, peristiwa dramatis terjadi.
Seorang juru bicara pengadilan mengatakan pria itu, Alexei Moskalyov, telah melarikan diri dari tahanan rumah dalam semalam dan keberadaannya saat ini tidak diketahui.
Moskalyov merupakan orang tua tunggal yang tinggal di kota Yefremov.
Ia dipisahkan dari putrinya yang berusia 13 tahun sejak ditempatkan di bawah tahanan rumah pada awal bulan ini.
Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-399 Invasi: Moskow Tembak Jatuh Bom Pintar Berpemandu GLSDB
Dikatakan, pria itu dipindahkan ke rumah perlindungan yang dikelola negara.
Sejak April 2022, pihak keluarga mengaku mendapat tekanan dari kepolisian.
Di sekolah, putri Moskalyov tolak berpartisipasi dalam kelas patriotik
Putri Moskalyov yang duduk di kelas enam, menolak untuk berpartisipasi dalam kelas patriotik di sekolahnya.
Siswi itu membuat beberapa gambar yang menunjukkan roket ditembakkan ke sebuah keluarga yang berdiri di bawah bendera Ukraina dan yang lainnya berkata,“Glory to Ukraine!”.
Pejabat sekolah pada saat itu memanggil polisi, yang menanyai gadis itu serta mengancam ayahnya.
Baca juga: 18 Unit Tank Jerman Leopard 2 Kini Sudah Tiba di Ukraina
Aktivitas sosial media dipantau
Polisi kemudian mulai memeriksa aktivitas media sosial Moskalyov.
Dikutip Moscow Times, kasus Moskalev mendapat perhatian publik luas pada 1 Maret.
Ia ditangkap karena memposting komentar di platform media sosial Rusia Odnoklassniki tentang dugaan kekejaman Rusia yang dilakukan di kota Bucha, Ukraina, dan pembunuhan tawanan perang Ukraina dalam serangan terhadap penjara Olenivka di Ukraina timur.
Sang ayah akhirnya dituduh mendiskreditkan angkatan bersenjata karena postingannya di mana ia menyebut rezim Rusia "teroris" dan menggambarkan tentara Rusia sebagai "pemerkosa".
“Jika Anda meminta pendapat tentang operasi militer khusus di Ukraina, saya yakin lebih dari 90 persen orang di sini di pengadilan akan mengatakan bahwa mereka menentangnya. Dan saya setuju dengan mereka,” kata Moskalev dalam pernyataan penutupnya menjelang putusan pada Senin (27/3/2023).
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-398 Invasi: Seruan Boikot Atlet Rusia di Olimpiade 2024 Paris
Reaksi kelompok hak asasi manusia Rusia
Kasus ini dikritik oleh kelompok hak asasi manusia Rusia dan menyebabkan kampanye online untuk menyatukan kembali ayah dan anak.
Polisi di wilayah Tula selatan Moskow mengatakan bahwa Moskalyov telahkabur dari tahanan rumah pada dini hari Selasa (28/3/2023) dan bahwa mereka telah "mulai mencari tersangka".
Pengacara Moskalyov, Vladimir Bilienko, sebelumnya mengatakan kepada Guardian bahwa gadis itu akan dipindahkan ke panti asuhan jika tidak ada kerabat dekat yang bersedia merawatnya.
Sejak awal perang, sejumlah politisi, aktivis, dan orang Rusia lainnya telah meninggalkan negara itu setelah ditempatkan di bawah tahanan rumah dan menunggu persidangan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)