TRIBUNNEWS.COM - Empat anak tewas dan lima lainnya terluka setelah seorang pria bernama Luiz Henrique de Lima (25) bersenjata kapak menyerang sekolah PAUD CEI Cantinho do Bom Pastor di negara bagian Santa Catarina, Brasil, Rabu (5/4/2023).
Pria yang membawa kapak itu melompati tembok dan menyerbu sekolah itu.
Setelah melakukan aksinya, pelaku kemudian menyerahkan diri ke kantor polisi.
Penyelidikan sementara, menyebutkan pria itu tampaknya tidak memiliki hubungan apa pun dengan tempat penitipan anak tersebut.
Korban tewas berusia antara lima dan tujuh tahun, seperti diberitakan The Guardian.
Baca juga: WNA Eks Pemain PSIS Semarang Dideportasi ke Brasil Karena Overstay
"Penyelidik sedang mencari motif," kata seorang detektif polisi kepada wartawan televisi di Blumenau, sebuah kota di Brasil selatan, dekat pantai Atlantik.
Gambar yang disiarkan di media sosial menunjukkan orang tua yang menangis di luar sekolah.
Di tengah desas-desus di media sosial tentang potensi serangan lainnya, wali kota Blumenau, Mario Hildebrandt, mengatakan kota itu menangguhkan kelas dan akan mengumumkan masa berkabung 30 hari.
"Lima anak yang terluka, berusia antara tiga dan lima tahun, dibawa ke rumah sakit. Salah satunya dalam kondisi serius," kata Wali kota Blumenau, Mario Hildebrandt.
Baca juga: Dikenal Non Blok, Brazil Tak akan Tandatangani KTT untuk Deklarasi Demokrasi Menentang Rusia
Reaksi Orang Tua
Kejadian ini membuat orang tua yang menitipkan anaknya di sana menjadi khawatir.
Valeria Aparecida Camilo, ibu dari anak perempuan berusia 5 tahun di pusat tersebut, sedang bekerja saat mengetahui berita itu.
Ia langsung menelepon suaminya untuk pergi ke sekolah itu dan ia menemukan putrinya selamat.
"Saat saya melihatnya (putrinya), saya merasa lega," kata Gustavo Camilo kepada AP News.
"Tapi kami merasa kasihan atas semua yang telah terjadi, dengan anak-anak lain yang meninggal," lanjutnya.
"Mereka hanya anak-anak berusia 5 tahun. Apa yang dilakukan anak berusia 5 tahun pada orang ini (tersangka)?" kata Valeria.
Orang tua lainnya, Franciele Chequeto mengatakan anak gadis yang ikut terbunuh adalah teman putranya yang berusia 7 tahun, Gabriel.
"Dia (Gabriel) tidak mengerti," kata Chequeto.
"Saya duduk dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak lagi dapat melihat beberapa teman kecilnya," lanjutnya.
Kepala polisi sipil negara bagian, Ulisses Gabriel, membenarkan, penyerang adalah seorang pria berusia 25 tahun dari negara bagian tetangga, Parana.
Dia akan didakwa dengan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.
Polisi percaya, serangan itu adalah tindakan yang terisolasi dan tidak terkait dengan kejahatan lain.
Baca juga: Presiden Brazil Lula da Silva Segera Bertemu Xi Jinping, Usulkan Klub Perdamaian Ukraina
Serangan Sekolah di Brasil
Serangan sekolah di Brasil telah terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dalam beberapa tahun terakhir.
Pekan lalu, seorang siswa di São Paulo menikam seorang guru dan melukai beberapa orang lainnya.
Brasil telah melihat setidaknya satu serangan terakhir di pusat penitipan anak, dikutip dari The Guardian.
Serangan itu juga terjadi di negara bagian Santa Catarina pada 2021, ketika seorang penyerang menggunakan belati untuk membunuh tiga anak di bawah dua tahun dan dua orang dewasa.
Dari tahun 2000 hingga 2022, ada 16 serangan atau episode kekerasan yang terjadi di sekolah, empat di antaranya terjadi pada paruh kedua tahun lalu, menurut laporan dari para peneliti yang dipimpin oleh Daniel Cara, seorang profesor pendidikan di Universitas Sao Paulo.
Para peneliti menyiapkan laporan untuk pemerintahan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.
“Tidak ada rasa sakit yang lebih besar daripada keluarga yang kehilangan anak atau cucunya, terlebih lagi dalam tindakan kekerasan terhadap anak-anak yang tidak bersalah dan tidak berdaya,” tulis Lula pada hari Rabu di Twitter.
“Pikiran dan doa saya bersama keluarga korban dan komunitas Blumenau dalam menghadapi keburukan yang terjadi,” lanjutnya.
Blumenau adalah kota berpenduduk 366.000 orang, terkenal dengan festival Oktoberfest tahunannya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Brasil