TRIBUNNEWS.COM - Sebuah rekaman bocor di mana kepala polisi Israel terdengar menyebut orang Arab membunuh satu sama lain karena sudah sifat alami mereka.
Dilansir Independent, komisaris polisi Israel Kobi Shabtai diduga membuat pernyataan rasis itu dalam pertemuan pribadi dengan menteri keamanan nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir pekan lalu.
Selama pertemuan tersebut, Ben Gvir berusaha menjelaskan tingkat kejahatan tertinggi di komunitas Arab di negara itu.
Ia mengatakan mereka membutuhkan penjaga nasional yang kuat untuk memerangi masalah tersebut.
"Pembunuhan satu demi satu terjadi. Itu sudah melewati setiap batas. Kami membutuhkan penjaga nasional yang kuat," kata Ben Gvir seperti dikutip dalam transkrip percakapan mereka yang bocor oleh Channel 12 pada hari Selasa.
Kepala polisi itu kemudian menjawab: “Tuan menteri, tidak ada yang bisa dilakukan."
Baca juga: Polisi Israel Tangkap 350 Demonstran Palestina di Masjid Al-Aqsa
"Mereka saling membunuh. Itulah sifat mereka."
"Itulah mentalitas orang Arab."
Percakapan yang bocor itu terjadi di tengah perselisihan antara keduanya.
Pemerintah Israel baru saja setuju untuk membentuk penjaga nasional yang akan beroperasi di bawah kementerian Ben Gvir.
Namun, para penentang, termasuk kepala polisi dan pemimpin partai oposisi, menolak hal itu.
Mereka mengatakan penjaga nasional hanya akan berfungsi sebagai "milisi pribadi" Ben Gvir, pemimpin partai Kekuatan Yahudi sayap kanan.
Ben Gvir pernah menjadi menteri keamanan nasional dalam kabinet Benjamin Netanyahu.
Tetapi ia pernah dihukum pada tahun 2007 karena berpandangan rasis terhadap orang Arab.
Ia juga mendukung kelompok yang dianggap organisasi teroris oleh Israel dan AS.
Ia sudah didakwa lebih dari 50 kali atas tuduhan menghasut kekerasan atau ujaran kebencian.
Baca juga: Bela Palestina, Arab Saudi Kutuk Serangan Israel di Masjid Al-Aqsa dan Tangkap Sejumlah Jamaah
Sementara itu, kantor kepala polisi Kobi Shabtai mengatakan pernyataan itu diambil di luar konteks dari percakapan pribadi.
Mereka menyatakan keterkejutannya bahwa percakapan itu bocor.
Namun, mereka tidak berusaha mencabut pernyataan Shabtai atau meminta maaf.
"Polisi terkejut bahwa menteri dan stafnya merekam percakapan pribadi antara menteri dan kepala polisi,” kata pernyataan itu.
"Polisi juga marah karena ada hal-hal yang diambil di luar konteks dalam percakapan yang berhubungan dengan pola perilaku dalam masyarakat Arab yang tidak mengungkapkan identitas para pembunuh bahkan ketika diketahui kerabat para korban."
"Perilaku ini meragukan niat polisi untuk melapor kepada menteri tanpa takut pengungkapan sumber dan distorsi percakapan," kata polisi.
Komentar tersebut memicu kemarahan, anggota partai oposisi menyerukan pengunduran diri Shabtai.
Ayman Odeh, ketua partai Joint List, mengatakan:
“Jumlah warga Palestina yang tewas dalam insiden kriminal di Israel tujuh kali lebih tinggi daripada jumlah warga Palestina yang terbunuh dalam insiden kriminal di Tepi Barat, Gaza, dan Yordania."
“Ini bukan sifat orang Palestina, itu sifat pendirian rasis,” katanya, menambahkan bahwa komisaris rasis seperti Shabtai harus dipecat.
Mansour Abbas, wakil ketua Knesset dan ketua United Arab List, mengatakan komisaris harus meminta maaf dan mencabut komentar jahatnya tentang masyarakat Arab dan perdana menteri harus mengutuk pernyataan tersebut.
“Saya mengharapkan komisaris polisi untuk mencabut pernyataannya tentang masyarakat Arab dan meminta maaf kepada publik Arab atau mengundurkan diri dari jabatannya,” katanya.
Anggota parlemen Waleed Alhwashla dari United Arab List mengatakan Shabtai turun ke jurang rasisme dan prasangka.
"Ia tidak memperhatikan fakta bahwa pernyataan itu sendiri merupakan bentuk penggelapan".
Komentar kontroversial terhadap warga Palestina muncul di tengah gelombang kekerasan yang meningkat di negara itu antara pasukan polisi Israel dan pemuda Palestina, yang memicu konfrontasi dengan militan Gaza.
Polisi Israel bahkan menyerbu Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem pada Rabu (5/4/2023) pagi ketika umat Islam menandai liburan bulan Ramadhan dan orang Yahudi bersiap untuk memulai festival Paskah.
Sekitar 14 orang terluka setelah polisi menembakkan granat kejut dan peluru karet setelah penggerebekan dini hari.
Bentrokan itu mendorong Hamas untuk menembakkan sembilan roket dari Jalur Gaza ke Israel, memasang sirene peringatan di dekat Sderot.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)