Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG – Pimpinan tertinggi di Korea Utara Kim Jong Un, kembali unjuk gigi dengan meminta militernya untuk bersiap melakukan agresi dengan menyiagakan sistem pencegahan perang yang praktis, namun tetap ofensif.
Perintah tersebut dilontarkan Kim Jong Un setelah pihaknya menggelar pertemuan tertutup dengan para Komisi Militer Pusat untuk membahas sistem pencegahan serangan yang dapat digunakan menangkis ancaman dari kedua musuh terbesarnya yakni Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Mengingat selama beberapa pekan terakhir kedua negara ini secara aktif melakukan provokasi diantaranya dengan menggelar latihan militer gabungan.
Baca juga: Peluncuran Rudal Korut Dikecam Sekjen PBB, Kim Jong Un Ngamuk Sebut Guterres Pilih Kasih
Mencakup latihan udara dan laut dengan melibatkan kapal induk AS dan pesawat pengebom B-1B serta B-52 milik AS.
"Dalam agenda rapat Kim membahas hal-hal praktis dan langkah-langkah untuk perlengkapan dalam mempersiapkan berbagai proposal aksi militer tanpa adanya sarana maupun cara aksi balasan yang tersedia untuk AS-Korea Selatan," jelas orang yang mengetahui informasi tersebut, dikutip dari Reuters.
Meski Korea Selatan telah mengklaim bahwa latihan gabungan ini merupakan agenda tahunan Seoul dengan Washington, namun Jong Un menganggap tindakan yang dilakukan kedua musuhnya ini merupakan ancaman.
Alasan tersebut yang membuat Jong Un geram dan berambisi untuk membalaskan tindakan AS dan Korsel dengan mengeksplorasi tindakan praktis yang kuat lewat agresi militer.
“Konfrontasi militer yang sembrono dari AS dan para pengikutnya melawan DPRK (Korea Utara) mendorong situasi di semenanjung Korea ke bencana yang tidak dapat diubah, ke ambang perang nuklir," kata Choe Ju Hyon, analis keamanan internasional Korea Utara,
Baca juga: Korut Pecat Petinggi Militer Terkuat Kedua Setelah Kim Jong Un, Ada Apa?
Selain meminta militernya untuk bersiap melakukan agresi, belakangan ini Pyongyang juga turut mengintensifkan berbagai aktivitas militer serta melakukan serangkaian uji coba sejumlah peralatan tempur seperti rudal balistik antarbenua (ICBM) serta drone tempur bawah laut berkemampuan nuklir.
Kendati tindakan yang dilakukan Pyongyang berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan Asia, namun Kim Jong Un mengklaim tindakannya tersebut perlu diambil untuk menjaga stabilitas negaranya dari ancaman AS dan Korea Selatan.