Vladislav Ammosov mulai bertugas di militer Rusia pada pertengahan 1990-an di perang Chechnya Kedua.
Ia mengaku seorang imperialis yang jatuh cinta pada propaganda saat itu, yang berperang atas nama Rusia dalam perang Chechnya Kedua, dikutip dari Ruetir.
Seperti yang diakuinya, ia mengalami shock di medan perang, karena ia harus menghadapi ide-ide idealisnya tentang ketentaraan dengan kenyataan di garis depan.
“Saya selalu diajari bahwa petugas adalah orang-orang terbaik di negara ini. Dan di sana (Chechnya) kami 'menghidupkan mereka kembali' dari keadaan mabuk alkohol. Di antara mereka, ada beberapa yang berdagang senjata dan mengkhianati kami, mengirim kami ke pembantaian,” kenang mantan perwira militer Rusia itu.
Ia mengatakan, selama dirinya bertugas militer, dia diajari untuk menghancurkan seluruh negara, seperti dikutip dari Polskie Radio.
Baca juga: Rusia Klaim Kuasai 75 Persen Wilayah Bakhmut, Ukraina Tuduh Kremlin Lakukan Bumi Hangus
Vladislav Ammosov: Saya Dulu Budak Vladimir Putin
“Perang di Chechnya menyadarkan saya. Saya dipengaruhi oleh propaganda dan mengira memang ada bandit di sana, tetapi saya melihat di sana hanya orang-orang biasa," lanjutnya.
Ia lalu menjelaskan apa dirasakannya saat itu.
"Saya melihat apa yang mereka perjuangkan. (Dari sudut pandang mereka) itu adalah perang pembebasan nasional,” kata Vladislav Ammosov, yang saat ini berada di Kyiv, Ukraina.
Menurutnya, keadaan tentara Rusia sejak perang Chechnya Kedua pada tahun 1990-an, tidak berubah.
“Rusia tidak menyayangkan siapa pun, terutama rakyatnya sendiri. Saya akhirnya menyadari bahwa kami adalah budak dari sistem yang diciptakan oleh Putin dan kliknya. Saya tidak punya pilihan selain membebaskan diri darinya,” jelas Vladislav Ammosov.
Vladislav Ammosov mengatakan, dia telah meninggalkan dinas militer Rusia pada saat Vladimir Putin secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014, dikutip dari NewsWeek.
Setelah invasi besar-besaran Vladimir Putin pada tahun 2022, dia datang ke Kyiv melalui Dewan Sipil di Polandia, yang merekrut sukarelawan untuk memperjuangkan Ukraina.
Tentara dari Yakutia, Buryatia, Tuva, dan unit administrasi Siberia Rusia lainnya yang dihuni oleh etnis minoritas, merupakan bagian besar dari pasukan penyerang yang berperang di Ukraina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina