Mulai tahun 2015, RSF bersama dengan tentara Sudan, mulai mengirim pasukan untuk berperang di Yaman bersama pasukan Saudi dan Emirat, memungkinkan Hemedti menjalin hubungan dengan kekuatan Teluk.
4. Pada 2017, undang-undang yang melegitimasi RSF sebagai pasukan keamanan independen disahkan.
Sumber-sumber militer menyebutkan pimpinan Angkatan Darat sudah lama menyatakan keprihatinannya terhadap perkembangan pasukan Hemedti ini.
Baca juga: Apa yang Terjadi di Sudan? Ini Fakta-fakta Pertempuran antara Tentara Reguler dengan Paramiliter
5. Pada April 2019, RSF berpartisipasi dalam kudeta militer yang menggulingkan Bashir.
Belakangan Hemedti menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan yang menjadikannya wakil dewan penguasa yang dipimpin oleh jenderal angkatan darat Abdel Fattah al-Burhan.
6. Sebelum penandatanganan tahun 2019, para aktivis menuduh RSF ikut serta membunuh puluhan pengunjuk rasa prodemokrasi.
Kelompok HAM juga menuduh tentara RSF melakukan kekerasan suku.
Hemedti menghapus kekebalan dari beberapa orang, memungkinkan penuntutan mereka.
Tahun lalu dia meminta maaf atas kejahatan negara terhadap rakyat Sudan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
7. RSF berpartisipasi dalam kudeta pada Oktober 2021 yang menghentikan transisi ke pemilu.
Hemedti sejak itu menyesali kudeta tersebut dan telah menyatakan persetujuan untuk kesepakatan baru untuk memulihkan pemerintahan sipil penuh.
8. Tentara Sudan serta kelompok pro-demokrasi kemudian menuntut RSF dibubarkan dan bergabung ke dalam angkatan bersenjata reguler Sudan.
Negosiasi mengenai hal ini telah menjadi sumber ketegangan yang menunda penandatanganan akhir kesepakatan, yang semula dijadwalkan pada 1 April, untuk pemerintahan baru dan transisi menuju pemilu.
Hal inilah kemudian menjadi salah satu pemicu terjadinya perang saudara di Sudan dan terjadi saat pemilu di negara itu.