TRIBUNNEWS.COM - Penembakan massal telah terjadi di sebuah pesta ulang tahun di Kota Dadeville, Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat, Minggu (16/4/2023) waktu setempat.
Penembakan massal di Alabama ini, mengakibatkan setidaknya empat orang tewas dan 28 orang lainnya terluka.
Selain itu, pihak kepolisian menyebut beberapa orang mengalami kritis.
Atas kejadian ini, Presiden AS, Joe Biden memperbarui seruannya untuk undang-undang senjata yang lebih keras setelah insiden penembakan massal itu.
"Apa jadinya bangsa kita ketika anak-anak tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun tanpa rasa takut?" tanya Biden, dikutip dari BBC.
Penembakan ini membawa AS ke tonggak sejarah, lebih dari 160 penembakan massal - di mana empat orang atau lebih ditembak - sepanjang tahun ini, menurut Arsip Kekerasan Senjata.
Baca juga: Empat Nyawa Melayang Dalam Insiden Penembakan Sweet 16 di Alabama
Dengan populasi sekitar 3.200 orang, Dadeville adalah kota pedesaan kecil yang tidak terbiasa dengan adegan kekerasan dalam skala ini.
Apa yang mencolok saat ini, dan tidak biasa, adalah betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang kemungkinan tersangka.
Tidak ada rincian yang muncul tentang bagaimana penembakan itu diakhiri, atau apakah tersangka telah meninggal atau ditahan.
Sersan Jeremy Burkett dari badan penegakan hukum negara mengatakan, penyelidikan akan menjadi "proses yang panjang dan rumit".
"Kami akan bekerja dengan cara metodis untuk melewati adegan ini, untuk melihat fakta dan memastikan bahwa keadilan ditegakkan bagi keluarga," katanya pada Minggu malam.
Baca juga: Dalang Pencurian Bitcoin Silk Road Senilai 3,4 Miliar Dolar AS Dijatuhi Hukuman 1 Tahun Penjara
Pihak berwenang di Alabama juga meminta orang-orang untuk memberikan informasi tentang kejadian ini.
"Ada empat nyawa yang hilang secara tragis dalam insiden ini dan ada banyak korban luka," kata Burkett, dikutip dari USA Today.
Burkett mengatakan, 28 orang menderita "berbagai luka" selama penembakan dengan beberapa dalam kondisi kritis.