News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kelompok Kejahatan Chinese Dragon Jepang Baiknya Dibubarkan Saja, Polisi Bagaimana?

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wang Nan, Pendiri kelompok Chinese Dragon di kantornya dengan buku Yakuza Indonesia di tangannya.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kelompok kejahatan kuasi-geng Chinese Dragon (CD) yang banyak ditakuti masyarakat Jepang, baiknya dibubarkan saja, tidak sesuai dengan zaman saat ini. Tapi bagaimana pihak polisi apakah mau menerima upaya pembubaran itu?

"Chinese Dragon baiknya dibubarkan saja sudah tidak sesuai dengan zamannya saat ini setelah 30 tahunan berdiri," papar Pendiri CD Wang Nan, khusus kepada Tribunnews.com sore ini (18/4/2023).

Badan Kepolisian Nasional Jepang telah mengkategorikan kelompok tersebut di antara kuasi-geng, atau kekuatan anti-sosial di bawah tingkat sindikat kejahatan yang ditunjuk.

Tidak seperti organisasi kejahatan yang mapan, kuasi-geng diatur secara longgar dan tidak tercakup dalam undang-undang kejahatan anti-terorganisasi seperti Yakuza.

CD diyakini sebagian besar terdiri dari anak-anak dan cucu Jepang yang tertinggal di Cina di tengah kekacauan pada akhir Perang Dunia II dan kembali ke Jepang beberapa dekade setelah perang.

"Big Bos yang mengepalai CD dulunya sudah meninggal sekitar September tahun lalu. Lalu ada 3 calon pemimpinnya, termasuk saya. Namun saya tidak mau lagi ikut-ikutan CD setelah membersihkan diri setelah dibebaskan ke luar penjara bulan Mei 201. Sejak itu sampai kini saya tak ikut dan tak mau terlibat lagi di dunia kejahatan," tekan Wang Nan yang kini berusia 51 tahun baru saja berulang tahun minggu lalu.Wangnan yang masih memiliki warga China dan isteri juga sama, memiliki facebook yang bebas dilihat siapa pun di https://www.facebook.com/wangnan1972/

CD yang banyak terlibat kejahatan termasuk dirinya mengaku pernah menjadi maling, pembobol kantor-kantor di Jepang sehingga berhasil memperoleh nilai uang sekitar 10 miliar yen mengakibatkan dirinya masuk penjara di masa lalu.

Demikian pula kerja Oleolesagi atau penipuan telepon yang kini marak dilakukan Yakuza sebenarnya pertama kali dilakukan Wangnan oleh kelompok CD nya tersebut.

"Saat ini memang masih paling menguntungkan melakukan Oleolesagi, menipu lewat telepon pura-pura anak atau cucu dari seorang tua, meminta uang segera karena keadaan darurat, sehingga banyak lansia mengalami kerugian dengan total sedikitnya 36 miliar yen setahun tahun 2022 sesuai data kepolisian Jepang."

Selain penipuan juga narkoba masih menjadi salah satu tulang punggung penghasilan kelompok kejahatan di Jepang.

Lalu kalau kelompok CD dibubarkan apakah polisi mau menerimanya begitu saja?

"Kalau kita sih maunya dibubarkan saja CD biar selesai beres dan semua anggota kembali ke masyarakat dengan tenang dan bekerja dengan baik."

Namun, tambahnya lagi, "Apakah polisi mau menerima hal tersebut. Kayaknya polisi yang tidak mau CD dibubarkan karena tak ada kerjaan nanti mereka menghadapi kelompok kejahatan," tekannya lagi.

Di Jepang CD berpusat di dua tempat yaitu di Ikebukuro dan di Kasai dengan jumlah anggota dulu mencapai sekitar 3000 orang.

"Kini sudah banyak yang berhenti dan keluar bercampur ke masyarakat cari uang biasa. Jadi anggota CD kini mungkin hanya sekitar 800 orang saja."

Berbagai kasus kejahatan dilakukan CD di masa lalu sampai masuk ke media massa.

Misalnya 23 Juli 2017 wanita diperas uang dan dihajar, sehingga polisi terpaksa menahan anggota CD Fung Xuehu.

Kemudian 16 Oktober 2022 polisi menangkap Jiang Haifeng, pimpinan CD di Ueno, karena keributan di Ikebukuro.

CD dimulai  tahun 1980-an di Kasai (Tokyo). Wang Nan menceritakan mulai melindungi dirinya dan teman-temannya dari maraknya diskriminasi terhadap orang-orang keturunan Tionghoa.

Memang, banyak dari anggotanya adalah "Chūgoku zanryū koji", anak dan cucu warga negara Jepang yang ditinggalkan di Tiongkok pada akhir perang, dan kembali ke Jepang sebagai orang dewasa setelah normalisasi hubungan antara Tiongkok dan Jepang. Pengaruh dan aktivitas mereka tetap bersifat lokal.

Dia lahir di Provinsi Jilin, Tiongkok dan datang ke Jepang pada tahun 1986.  Wannan beremigrasi setelah ayah China-nya menikah lagi dengan wanita Jepang yatim piatu yang ditinggalkan di China.

"Ketika saya masuk sekolah menengah pertama di Tokyo, saya dibully karena saya tidak bisa berbahasa Jepang dengan baik. Sekitar tahun 1988, saya membentuk kelompok dengan anak yatim piatu generasi kedua yang tertinggal dalam keadaan serupa, dan mulai menyebut dirinya Dragon," papar Wang Nan lagi.

Sementara itu bagi para pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz  Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini