TRIBUNNEWS.COM - Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menyatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat-nya telah mendorong perang dengan mempersenjatai Ukraina untuk melawan Rusia.
"Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian," kata Lula kepada wartawan, Sabtu (15/4/2023).
"Uni Eropa harus memulai pembicaraan damai, sehingga kami bisa meyakinkan Putin dan Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan semua orang, karena perang selama ini hanya menarik bagi mereka berdua," lanjutnya.
Komentar itu muncul tidak lama setelah Lula da Silva kembali dari China, di mana dia membahas perang Rusia-Ukraina dengan Presiden China, Xi Jinping.
Komentar Lula da Silva ini menuai kritik dari Amerika Serikat, yang menyebut Presiden Brasil itu menyuarakan propaganda Rusia dan China, seperti diberitakan Reuters.
Baca juga: 25.000 Tentara Rusia dalam Siaga Tinggi di Laut Pasifik untuk Latihan Taktis
Tanggapan AS dan Sekutunya
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan komentar Lula sebagai hal yang salah arah dan meleset dari sasaran.
Komentar Presiden Lula da Silva menyusul inisiatif pemerintah Brasil, yang mengajukan diri sebagai mediator antara Rusia dan Ukraina.
Sejauh ini di antara negara-negara Barat, hanya Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyambut inisiatif perdamaian dari Presiden Lula.
Seruan Brasil untuk menghentikan pasokan senjata ke Ukraina tidak diterima dengan baik di antara sebagian besar diplomat.
"Seruan ini membunyikan alarm bahaya," kata seorang duta besar Eropa di Brasilia, dikutip dari BBC Internasional.
Baca juga: Grup Wagner Sudah Kepung Kota Bakhmut Dari Berbagai Arah, Pasukan Ukraina Semakin Terpojok
Ukraina akan Kalah jika Tak Punya Senjata
Seorang duta besar Eropa di Brasilia, mengatakan, mengakhiri pasokan senjata untuk Ukraina sama saja dengan memihak Rusia.
"Ini adalah perang agresi dan pertahanan. Jika mereka tidak memiliki senjata, Ukraina kehilangan hak untuk membela diri," katanya, yang minta namanya dirahasiakan.
Ukraina, AS, dan sekutunya, mengatakan gencatan senjata sekarang akan membuat Rusia menguasai wilayah yang direbutnya secara paksa.
Sementara itu, ia menilai Ukraina memiliki hak untuk mencari senjata Barat untuk mengusir penjajah.
Uni Eropa juga menolak saran Presiden Lula da Silva, dengan mengatakan Ukraina dan Rusia harus disalahkan atas perang tersebut.
Juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa, Peter Stano, mengatakan semua pasokan senjata ditujukan untuk pertahanan sah Ukraina.
Baca juga: Rusia Jatuhkan Hukuman 25 Tahun Penjara kepada Aktivis Oposisi karena Kritik Perang di Ukraina
Kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia ke Brasil
Brasil sebelumnya mengajukan diri untuk menjadi perantara untuk pembicaraan damai dalam perang Ukraina dan Rusia.
Usulan itu didasarkan pada tradisi non-intervensi dan diplomasi terbuka Brasil.
Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov, memuji niat Brasil untuk pembicaraan damai untuk Ukraina dan Rusia.
Sergei Lavrov mengunjungi Brasil untuk bertemu dengan Lula pada Senin (17/4/2023), dikutip dari CNN Internasional.
"Rusia berterima kasih kepada teman-teman Brasil kami atas pemahaman mereka yang jelas tentang asal mula situasi," kata Sergei Lavrov mengatakan kepada wartawan di Brasilia pada hari Senin (17/4/2023).
"Kami berterima kasih atas keinginan mereka untuk berkontribusi menemukan cara untuk menyelesaikan situasi ini," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina