News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Populer Internasional: 85 Orang Tewas Berdesakan di Yaman - Kapal Rusia Diduga Rencanakan Sabotase

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya insiden desak-desakan di Yaman hingga kapal Rusia diduga rencanakan sabotase di Laut Utara.

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Setidaknya 85 orang tewas saat pembagian sedekah Ramadhan di Yaman.

Sementara itu, Israel akan memberlakukan lockdown 3 hari di wilayah Palestina mulai 24 April untuk perayaan Memorial Day dan Hari Kemerdekaan.

Soal perang Rusia-Ukraina, kapal Rusia terlihat memetakan inftastruktur di Laut Utara, diduga untuk merencanakan sabotase.

Selengkapnya, berikut kumpulan berita internasional dalam 24 jam terakhir.

1. 85 Orang Tewas di Acara Pembagian Sedekah Ramadhan 1444 H di Yaman, Ratusan Luka-luka

Baca juga: Suara Tembakan dan Ledakan Diduga Pemicu 85 Orang Tewas saat Pembagian Sedekah Lebaran di Yaman

Lebih dari 80 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam acara distribusi amal di Yaman, Kamis (20/4/2023).

Seorang pejabat keamanan Houthi mengatakan setidaknya 85 orang tewas dan lebih dari 322 orang terluka, di acara yang dilakukan di distrik Bab al-Yaman.

Insiden itu terjadi di dalam sebuah sekolah tempat bantuan Ramadhan didistribusikan.

Diketahui insiden itu menjadi insiden paling mematikan dalam satu dekade, yang menimpa negara termiskin di Semenanjung Arab tersebut.

Dan tragisnya terjadi beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri 1444 H.

"Wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas," kata seorang pejabat keamanan Houthi.

Awalnya ratusan orang di Yaman itu berkumpul untuk menerima bantuan, menurut para saksi.

Sebuah video yang disiarkan oleh saluran TV Al Masirah milik pemberontak Huthi menunjukkan banyak mayat bergelimpangan, bahkan orang-orang saling memanjat untuk mencoba melewatinya.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Israel akan Lockdown Wilayah Palestina selama 3 Hari saat Perayaan Memorial Day

Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina selama demonstrasi menandai Hari Tanah tahunan di kota Sakhnin Arab-Israel utara pada 30 Maret 2023. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) (AFP/AHMAD GHARABLI)

Israel akan memberlakukan lockdown 3 hari di wilayah Palestina mulai 24 April untuk perayaan Memorial Day dan Hari Kemerdekaan.

Lockdown akan dimulai pada Senin (24/4/2023) pukul 17.00 waktu setempat dan berlangsung hingga Rabu (26/4/2023) pukul 23.59 waktu setempat.

Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, penyeberangan di perbatasan dengan Jalur Gaza juga akan ditutup.

Namun, tentara mengatakan penyeberangan perbatasan akan dibuka kembali, tergantung penilaian situasional.

Pengecualian untuk penutupan akan dibuat untuk kasus kemanusiaan dan kasus luar biasa lainnya, seperti diberitakan Anadolu Agency.

Pembukaan jalur ini akan membutuhkan persetujuan dari penghubung Kementerian Pertahanan untuk Palestina, yang dikenal sebagai Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT).

Memorial Day dirayakan di Israel untuk menghormati semua personel militer yang terbunuh selama operasi militer Israel di Palestina.

Israel juga memperingati hari kemerdekaannya, yang menandai berdirinya negara itu di atas puing-puing Palestina.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Kapal Rusia Mondar-mandir di Laut Utara, Diduga Rencanakan Sabotase

Seorang pria yang membawa senapan serbu terlihat di geladak Admiral Vladimirsky. (Morten Kruger/DR)

Kapal Rusia diduga tengah memetakan turbin angin lepas pantai, kabel data bawah laut, dan infrastruktur lainnya di Laut Utara.

Aktivitas itu, dinilai sebagai persiapan untuk sabotase jika terjadi konflik antara Rusia dengan Barat, menurut penyelidikan terbaru oleh lembaga penyiaran publik di Denmark, Norwegia, Swedia, dan Finlandia, Independent melaporkan.

Hingga 50 kapal yang diduga kapal mata-mata Rusia telah diidentifikasi berlayar melalui perairan di sekitar empat negara tersebut dan Inggris.

Penyelidikan menunjukkan bahwa kapal-kapal itu sering mematikan transponder sistem identifikasi otomatis (AIS) mereka agar tidak terlihat oleh sistem pelacakan konvensional.

Keberadaan kapal tersebut, harus dipantau melalui teknik lain seperti sonar, citra satelit atau kapal patroli.

Kepala kontraintelijen Denmark Anders Henriksen mengatakan:

"Jika terjadi konflik dengan Barat, mereka akan siap dan tahu ke mana harus mensabotase jika mereka ingin melumpuhkan masyarakat Denmark".

Sementara Nils Andreas Stensones, Kepala Intelijen Norwegia, mengatakan bahwa program tersebut dianggap "sangat penting" bagi Rusia dan kemungkinan dikendalikan langsung dari Moskow.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Rusia Kecam Pers Jerman soal Artikel Bunuh Vladimir Putin Bisa Akhiri Perang di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin (President of Russia)

Rusia mengecam pers Jerman, Die Welt, yang menerbitkan hasil wawancara dengan kolumnis Amerika Serikat (AS), Fred Kaplan, yang mengatakan skenario membunuh Presiden Vladimir Putin dapat mengakhiri perang di Ukraina.

Duta Besar Rusia untuk Berlin, Sergey Nechaev, mengecam media Die Welt yang dianggap mengobarkan semangat anti-Rusia.

"Die Welt telah mengabaikan 'seruan de facto untuk pembunuhan ini', yang tidak dihapus dan tidak dikomentari. Bahkan, menggunakannya sebagai tajuk utama di artikel itu," tulis Sergey Nechaev dalam sebuah postingan di akun Telegram Kedutaan Rusia di Berlin, Senin (17/4/2023).

Sergey Nechaev rupanya merujuk ke akun Twitter Die Welt, yang menggunakan kutipan "membunuh" untuk menarik perhatian pada wawancara dengan Fred Kaplan di media sosialnya.

“Sangat disayangkan, beberapa media Jerman terus melewati batas dan mencapai titik terendah,” kata duta besar tersebut.

“Walaupun ini keterlaluan, ini tidak lagi mengejutkan,” lanjutnya.

Kolumnis AS: Skenario Akhiri Perang di Ukraina, Bunuh Presiden Rusia

Kolumnis AS dan pakar perang nuklir, Fred Kaplan membuat pernyataan itu sebagai tanggapan atas pertanyaan Die Welt tentang skenario paling masuk akal untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina, yang kini telah berlangsung selama lebih dari setahun.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini