TRIBUNNEWS.COM - Pertempuran jalanan antara dua pihak yang berkonflik di Sudan, akhirnya mereda pada Jumat (21/4/2023), di hari pertama perayaan Idul Fitri.
Sebelumnya, sudah ada beberapa kali seruan gencatan senajata untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir seminggu.
Mengutip Arab News, hingga kini lebih dari 400 orang tewas dan ribuan lainnya terluka sejak pertempuran meletus Sabtu (15/4/2023) lalu.
Pertempuran terjadi antara pasukan yang setia kepada panglima militer Sudan, Abdel Fattah Al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin paramiliter Rapid Support Forces (RSF) atau Hemeti.
Tentara Sudan mengumumkan pada hari Jumat, mereka telah menyetujui gencatan senjata selama tiga hari.
Gencatan senjata dilakukan untuk memungkinkan warga merayakan Idul Fitri dan mengizinkan dibukanya jalur kemanusiaan.
Baca juga: Sejumlah Negara Susun Rencana Evakuasi Warga Sipil dari Sudan, Mulai Spanyol, Swiss hingga Indonesia
Daglo mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting online bahwa dia telah membahas krisis saat ini dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Keduanya sepakat akan berfokus pada gencatan senjata kemanusiaan, jalur yang aman, dan melindungi pekerja kemanusiaan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambut baik pengumuman tentara Sudan dan pengumuman sebelumnya oleh RSF.
“Namun jelas bahwa pertempuran terus berlanjut dan ada ketidakpercayaan yang serius antara kedua kekuatan,” kata Blinken saat mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran dan mengizinkan akses kemanusiaan penuh dan tanpa hambatan.
Saksi mata di beberapa wilayah Khartoum melaporkan jeda yang jarang terjadi dalam pertempuran Jumat malam, setelah ledakan mengguncang kota selama tujuh hari berturut-turut.
"Idul Fitri dimaksudkan untuk dihabiskan dengan makanan dan kue kering, dengan anak-anak yang bahagia, dan orang-orang yang menyapa kerabat,” kata seorang warga bernama Sami Al-Nour kepada AFP.
"Tapi malah ada suara tembakan dan bau darah di sekitar kami."
Tentara Sudan dan paramiliter RSF bertempur di jalanan yang sengit di distrik Khartoum yang berpenduduk padat.