Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM – Tepat di Hari Raya Idul Fitri 1444 H, pasukan paramiliter Rapid Support Forces atau yang akrab disapa RSF sepakat untuk menghentikan perang dengan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF ) selama 72 jam kedepan.
Gencatan senjata ini di capai Pasukan paramiliter pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo alias Hemedti, usai Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian perang selama Hari Raya Idul Fitri sebagai bentuk penghormatan hak asasi manusia.
“Kami meminta pertempuran di Sudan untuk dihentikan selama tiga hari untuk menghargai momen yang sangat penting dalam kalender Muslim,” jelas Guterres dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Perang Saudara di Sudan, 15 WNI Dievakuasi ke Safe House, Ada Bayi dan Ibu Hamil
Kesepakatan gencatan senjata, memungkinkan sejumlah warga sipil yang terjebak di zona konflik untuk dapat mengevakuasi diri dan mencari suaka atau tempat perlindungan hingga mendapatkan perawatan medis, makanan, dan persediaan penting lainnya.
Meski kesepakatan ini telah disahkan, namun beberapa penduduk Khartoum mengatakan kepada The Guardian bahwa gumpalan asap hitam tebal masih tampak mengepul dari gedung-gedung di sekitar Bandara Internasional Khartoum serta beberapa markas para tentara SAF.
"Gencatan senjata telah dicapai sejak malam kemarin, langit Sudan tampak lebih tenang untuk pertama kalinya sejak pecahnya pertempuran akhir pekan lalu. Kendati begitu kami masih mendengar suara gemuruh jet tempur dan serangan udara," kata Nazek Abdalla,penduduk asal Khartoum selatan.
Sebagai informasi pertempuran antara dua faksi militer Sudan dengan pasukan paramiliter RSF dilaporkan pecah sejak Sabtu (15/4/2023).
Konflik tersebut pecah akibat dipicu perebutan kekuasaan dua faksi militer utama, hingga memicu gagalnya proses transisi pemerintahan sipil sejak digulingkannya pemimpin diktator Omar al-Bashir.
Baca juga: Update dari Sudan: 1 WNI Terkena Pantulan Peluru Nyasar, 15 WNI Dievakuasi ke Gedung KBRI
Imbas perang bersaudara ini sebanyak 350 orang dinyatakan tewas sementara 3.200 korban lainnya mengalami luka parah dan masih terjebak di Khartoum, wilayah Darfur barat.
Sementara itu Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa 15 juta orang di Sudan berpotensi mengalami kelaparan akibat terpengaruh perang pasukan paramiliter RSF dan Angkatan Bersenjata SAF.