TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 413 orang tewas dalam perang saudara yang berlangsung di Sudan, Afrika Utara.
"Sementara, 3.500 orang lainnya terluka dalam pertempuran," kata Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris kepada wartawan pada jumpa pers di Jenewa.
Badan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB); UNICEF menambahkan bahwa setidaknya sembilan anak termasuk di antara yang tewas dan lebih dari 50 telah terluka.
Layanan kesehatan diserang
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut serangan terhadap rumah sakit dan layanan terkait lainnya sebagai "menyesatkan".
Baca juga: Sambut Idul Fitri 1444 H, Paramiliter di Sudan Sepakat Hentikan Perang Selama 72 Jam
Tedros menyerukan pertempuran yang hampir berlangsung selama seminggu untuk "segera dihentikan".
“Tindakan kekerasan yang tercela ini tidak hanya membahayakan nyawa petugas layanan kesehatan, tetapi juga mencabut perawatan medis penting bagi populasi yang rentan,” cuitnya di Twitter.
Pekerja kemanusiaan tewas dalam baku tembak
Seorang pekerja kemanusiaan tewas dalam baku tembak, menurut pernyataan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
“Saya sangat sedih dengan kematian rekan kemanusiaan kami, dan bergabung dengan istri dan anaknya yang baru lahir, dan tim kami di Sudan berkabung,” kata Direktur Jenderal Antonio Vitorino.
Pekerja itu sedang bepergian dengan keluarganya di dekat El-Obeid, sebuah kota di barat daya Khartoum, ketika dia ditembak.
Baca juga: Ribuan warga tinggalkan Khartoum, Indonesia siapkan evakuasi WNI dari Sudan
Sudan butuh banyak bantuan internasional
Direktur negara dan perwakilan untuk Program Pangan Dunia PBB di Chad mengatakan lebih banyak dukungan diperlukan dari donor internasional saat pengungsi berdatangan dari negara tetangga Sudan.
“Ini benar-benar menjadi tantangan besar,” kata Pierre Honnora kepada Al Jazeera dari ibu kota, N'Djamena.
“Kami memiliki 600.000 pengungsi secara keseluruhan di Sudan,” katanya.
“Selain itu, kami sudah memiliki 1,8 juta orang Chad yang menderita kerawanan pangan yang parah," imbuhnya.
"Kami sangat membutuhkan dukungan. Kita tidak bisa terus seperti ini," tegasnya.
Indonesia akan evakuasi WNI dari Sudan
Pemerintah terus mematangkan persiapan evakuasi WNI yang ada di Sudan seiring meningkatnya konflik bersenjata antara Militer Sudan (Sudan Armed Forces/SAF) dan Rapid Support Force/RSF telah memasuki hari ke-6, sejak Sabtu, 15 April 2023.
Baca juga: Situasi Memburuk, Pemerintah Matangkan Rencana Evakuasi WNI dari Sudan
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan status keamanan Sudan saat ini adalah Siaga 1.
Evakuasi harus menunggu waktu yang tepat, sebab beberapa upaya gencatan senjata belum membuahkan hasil.
"Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk dapat melakukan evakuasi dengan terus mempertimbangkan keselamatan WNI," kata Menlu RI pada konferensi pers, Kamis (20/4/2023).
"Sekali lagi saya ingin garis bawahi bahwa keselamatan adalah prioritas utama," imbuhnya.
Menlu mengatakan dirinya baru berkomunikasi dengan Dubes di Khartoum, dan didapatkan informasi bahwa belum ada evakuasi warga asing (WNA) dari Khartoum hingga saat ini karena kondisi keamanan yang tidak memungkinkan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)