TRIBUNNEWS.COM -- Amerika Serikat telah mengkhawatirkan kegagalan penanganan di Afghanistan bakalan terulang di Ukraina.
Motor NATO ini masih ragu-ragu soal serangan balik yang sebelumnya digembar-gemborkan kepada media.
Media Politico menyebutkan, Gedung Putih telah memberikan peringatan yang sama kepada Ukraina yang disampaikan kepada rezim yang didukung AS di Afghanistan pada tahun 2021.
Baca juga: Wagner Rusia: Kami akan Bunuh Lawan, Tak akan Cari Tawanan Perang di Ukraina
Menurut media tersebut, Washington telah mendesak Kiev untuk tidak menyebarkan pasukannya terlalu tipis atau melampaui ambisinya.
Inilah yang dilaporkan Biden kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di beberapa titik, sebelum AS menarik diri dari Afghanistan dan Taliban mengambil alih negara itu.
Peringatan itu datang dalam konteks ketakutan AS bahwa "serangan balasan yang akan segera terjadi" oleh pasukan Kiev mungkin jauh dari harapan, membuat Biden terbuka terhadap kritik di dalam negeri dan di Eropa.
Politico awalnya melaporkan bahwa Ukraina telah menderita 100.000 tentara tewas selama 14 bulan terakhir, kemudian mengeditnya untuk merujuk pada total korban, termasuk yang terluka dan hilang.
Banyak dari prajurit top Kiev "ditepikan atau kelelahan," kata media itu, setelah melalui "jumlah bersejarah" senjata dan amunisi yang bahkan "output luar biasa" Barat tidak dapat mengimbanginya.
Beberapa pejabat AS dilaporkan mengajukan gagasan gencatan senjata yang dinegosiasikan, membiarkan pintu terbuka bagi Kiev untuk melanjutkan permusuhan setelah mempersenjatai kembali dan memulihkan diri.
AS seharusnya meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021, menurut kesepakatan damai yang dicapai pendahulu Biden, Donald Trump, dengan Taliban. Biden secara sepihak menunda keberangkatan selama beberapa bulan.
Ketika pasukan AS mulai mundur, baik Biden maupun pembantunya berulang kali mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan pemerintah Afghanistan mampu menahan Taliban setidaknya selama beberapa bulan.
Awal bulan ini, Gedung Putih merilis sebuah laporan yang secara diam-diam mengakui banyak hal yang salah dengan penarikan itu, tetapi menyalahkan semuanya pada Trump dan orang Afghanistan sendiri.
"Tidak ada lembaga yang meramalkan pengambilalihan Taliban dalam sembilan hari," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.
“Tidak ada lembaga yang memperkirakan kaburnya Presiden [Ashraf] Ghani dengan cepat. Dan tidak ada lembaga yang memperkirakan bahwa lebih dari 300.000 pasukan keamanan dan pertahanan nasional Afghanistan yang terlatih dan diperlengkapi akan gagal berperang untuk negara mereka, terutama setelah 20 tahun mendapat dukungan Amerika.”