News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Saudara di Sudan

Konvoi Kedua Evakuasi Warga AS Tiba di Port Sudan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap mengepul di atas bangunan tempat tinggal di Khartoum pada 16 April 2023, saat pertempuran di Sudan berkecamuk untuk hari kedua dalam pertempuran antara para jenderal yang bersaing. - Kekerasan meletus pada awal 15 April setelah berminggu-minggu ketegangan yang semakin dalam antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang bersenjata lengkap, dengan masing-masing menuduh satu sama lain memulai serangan bertarung. (Photo by AFP)

TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Konvoi kedua pengungsi warga Amerika yang diorganisir oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) tiba di Port Sudan, Sudan, pada hari Minggu waktu setempat.

Ini merupakan bagian dari upaya AS untuk mengevakuasi warganya dari perang saudara di Sudan.

"Konvoi kedua yang diselenggarakan oleh USG tiba di Port Sudan hari ini. Kami membantu warga AS dan warga lainnya yang memenuhi syarat untuk melakukan perjalanan selanjutnya ke Jeddah (Arab Saudi), dimana personel tambahan siap untuk membantu layanan konsuler dan darurat," kata Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam cuitannya di Twitter pada hari Minggu kemarin.

Dikutip dari laman CNN, Senin (1/5/2023), upaya AS yang melakukan konvoi kedua dalam beberapa hari ini terjadi di tengah kemarahan yang meningkat dari warga Amerika yang berada di Sudan.

Baca juga: 12 WNI Dievakuasi dari Sudan Lewat Mesir

Mereka merasa ditinggalkan oleh pemerintah AS dan dibiarkan mengatasi sendiri situasi yang rumit dan berbahaya itu.

Kekerasan mematikan yang terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang pecah pada awal bulan ini telah menewaskan ratusan orang, termasuk dua warga Amerika, serta ribuan lainnya terluka.

Negara di benua Afrika itu pun tetap menghadapi risiko bencana kemanusiaan, karena warga yang masih terjebak di rumah kini menghadapi krisis makanan, air, obat-obatan dan listrik.

Meskipun sejumlah negara berupaya mengevakuasi warganya, pemerintah AS telah menyatakan selama lebih dari seminggu bahwa kondisinya tidak kondusif untuk melakukan evakuasi warga sipil.

Namun semua personel pemerintah AS justru dievakuasi dalam operasi militer pada akhir pekan lalu.

Kendati demikian, Miller mengatakan dalam pernyataannya pada hari Minggu kemarin bahwa AS saat ini telah 'memfasilitasi kepergian hampir 1.000 warga AS dari Sudan' dengan kerja sama dari sekutu global.

"Pilihan keberangkatan untuk warga AS telah mencakup kursi pada penerbangan negara mitra, konvoi negara mitra dan organisasi internasional, konvoi yang diselenggarakan pemerintah AS dan keberangkatan melalui jalur laut juga," jelas Miller.

Miller menekankan, organisasi pemerintah AS dan perlindungan konvoi tidak hanya melibatkan pengawasan militer, namun juga koordinasi dengan negara-negara lain dalam penerbangan dan konvoi, termasuk melanjutkan penjangkauan diplomatik kepada warga AS di Sudan.

"Ada kurang dari 5.000 warga AS yang telah mencari bantuan dari pemerintah," kata Miller.

Setelah mediasi yang dilakukan AS dan Arab Saudi, Angkatan Bersenjata Sudan pun setuju untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan di Sudan selama 72 jam yang d mulai pada Senin dini hari.

Sebelumnya pada hari Minggu kemarin, Pasukan Dukungan Cepat paramiliter Sudan juga sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama 3 hari yang dimulai pada waktu yang sama.

Hingga kini belum jelas kapan pertempuran di negara itu akan berakhir, namun kedua belah pihak mengklaim telah menguasai situs-situs utama, dan pertempuran dilaporkan terjadi di tempat-tempat yang jauh dari Khartoum, ibu kota Sudan.

Berbagai perkiraan resmi dan tidak resmi menyebut Angkatan Bersenjata Sudan mencapai sekitar 210.000 hingga 220.000 tentara.

Sedangkan pasukan paramiliter diyakini berjumlah sekitar 70.000, namun lebih terlatih dan dilengkapi dengan senjata yang lebih baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini