Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Utang pemerintah Jepang akibat penerbitan obligasi nasionalnya dan pinjaman, yang disebut "utang nasional", mencapai rekor tertinggi lebih dari 1.270 triliun yen per akhir Maret 2023, membuat situasi keuangan semakin parah.
Menurut Kementerian Keuangan Rabu ini (10/5/2023), apa yang disebut "utang nasional", yang merupakan kombinasi dari obligasi pemerintah, pinjaman, dan tagihan pemerintah jangka pendek, mencapai rekor tertinggi 1.270,499 triliun yen pada akhir Maret 2023 peningkatan untuk ketujuh tahun berturut-turut.
Dibandingkan dengan akhir Maret tahun lalu, kenaikan dalam satu tahun sebesar 29 triliun 191,6 miliar yen.
Di latar belakang, selain membengkaknya biaya jaminan sosial seperti perawatan medis, perawatan, dan pensiun, anggaran tambahan yang sangat besar dan dana darurat dicatat sebagai tindakan melawan corona baru dan melonjaknya harga.
Perinciannya adalah 1.136 triliun 383 miliar yen obligasi nasional.
Tagihan pemerintah jangka pendek yang dikeluarkan untuk arus kas jangka pendek adalah 84 triliun 499,3 miliar yen.
Lalu pinjaman sebesar 49 triliun 616,7 miliar yen.
"Dalam anggaran awal tahun fiskal ini, kami berencana menerbitkan 35 triliun 623 miliar yen obligasi pemerintah, dan juga menyisihkan dana cadangan lebih dari 5 triliun yen, jumlah yang sama seperti tahun lalu," ungkap sumber Tribunnews.com Rabu (10/5/2023).
Selain itu, pendapatan bukan pajak dan surplus pemukiman digunakan sebagai sumber keuangan untuk peningkatan anggaran pertahanan, dan karena biaya jaminan sosial terus membengkak karena populasi yang menua, situasi fiskal menjadi semakin parah saat ini.
Sementara itu bagi para pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.