TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Afrika Selatan (Afsel), Reuben Brigety II menuduh pemerintah Presiden Cyril Ramaphosa memasok senjata dan amunisi ke kapal kargo Rusia pada Desember 2022 kemarin, lapor media lokal seperti dikutip Guardian.
"Di antara hal-hal yang kami catat adalah berlabuhnya kapal kargo di pangkalan angkatan laut Simon's Town antara tanggal 6 hingga 8 Desember 2022," kata Brigety II kepada media lokal, termasuk News24.
"Kami yakin (mereka) memuat senjata dan amunisi ke kapal itu di Simon's Town saat kapal itu kembali ke Rusia," imbuhnya.
"Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk keakuratan pernyataan tersebut," tegasnya.
Pernyatan Reuben Brigety II dalam bentuk video juga dirilis oleh Newzroom Afrika.
“Mempersenjatai Rusia sangat serius, dan kami menganggap masalah ini belum selesai, dan kami ingin South Africa (SA) mulai mempraktikkan kebijakan non-bloknya,” katanya, menurut kedua outlet berita tersebut.
Baca juga: KKB Titipkan Surat kepada Pilot Susi Air Berkebangsaan Afrika Selatan yang Mendarat di Jila Mimika
Spekulasi berkembang dengan berlabuhnya Lady R di Afrika Selatan
Kehadiran kapal kargo misterius 'Lady R' menimbulkan spekulasi yang signifikan ketika berlabuh di pangkalan angkatan laut di Simon's Town dekat Cape Town pada Desember tahun lalu.
Kapal kargo secara rutin berlabuh di pelabuhan sipil Cape Town, bukan di pangkalan angkatan laut.
Pada saat itu, anggota parlemen oposisi dan Menteri Pertahanan bayangan Kobus Marais mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa barang-barang diturunkan dari kapal dan dimuat ke kapal pada jam-jam semalam dan menuntut jawaban dari pemerintah.
Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS menambahkan Lady R ke daftar sanksi pada Mei tahun lalu atas dugaan pengiriman senjata, bersama dengan sejumlah kapal kargo berbendera Rusia lainnya.
Reaksi pemerintah Afrika Selatan
Kepresidenan Afrika Selatan menyebut tuduhan eksplosif itu "mengecewakan".
Pemerintah memperingatkan bahwa pernyataan itu "merusak semangat kerja sama dan kemitraan" antara pejabat pemerintah AS dan Afrika Selatan yang telah membahas masalah tersebut.
Kantor Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis (11/5/2023) malam bahwa tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung tuduhan tersebut dan bahwa pemerintah berencana untuk membentuk penyelidikan independen atas masalah tersebut.
Baca juga: Topan Freddy Melanda Malawi Afrika Selatan, Total 184 Orang Tewas, 134 Luka, 16 Lainnya Hilang
"Dalam pertemuan baru-baru ini antara delegasi Afrika Selatan dan pejabat AS, masalah Lady R telah dibahas," kata pernyataan resmi.
"Ada kesepakatan bahwa penyelidikan akan berjalan dan dinas intelijen AS akan membagikan bukti apa pun yang dimiliki," papar pernyataan itu.
Menyusul keputusan itu, CNN mengonfirmasi kepada Juru bicara kepresidenan, Vincent Magwenya, mengapa penyelidikan diperlukan untuk acara di pangkalan angkatan laut Afrika Selatan sendiri.
“Badan intelijen AS mengatakan mereka memiliki bukti yang hanya akan mereka berikan kepada kami melalui penyelidikan atau penyelidikan yang kredibel," kata Juru bicara kepresidenan Afsel.
"Kami menanggapi tuduhan itu dengan serius, dan kami ingin memiliki suara independen yang kredibel untuk menyatakan fakta sebenarnya dari masalah tersebut,” katanya.
“Jika tidak, kami mengambil risiko serangkaian tuduhan dan penyangkalan, yang tidak akan membantu dalam konteks hubungan bilateral kami.”
Duta besar AS di Afrika Selatan tidak biasa membuat tuduhan publik seperti itu terhadap pemerintah.
Sikap Afrika Selatan dikritik
Pemerintah Afrika Selatan mendapat kecaman keras atas sikapnya terhadap invasi Rusia ke Ukraina dan secara rutin abstain dari suara yang mengutuk Rusia di Majelis Umum PBB.
Baca juga: Costa Titch, Rapper Afrika Selatan Meninggal Dunia setelah Pingsan di Panggung
Sementara kepemimpinan Afrika Selatan telah berulang kali menyatakan bahwa mereka netral dalam konflik dan sering menyerukan penyelesaian yang dirundingkan, tindakan mereka semakin mendapat pengawasan dari kekuatan Barat.
Pada bulan Februari tahun ini, Afrika Selatan mengadakan latihan perang angkatan laut di lepas pantainya termasuk militer Rusia dan China.
Akhir tahun ini, Afrika Selatan akan menjadi tuan rumah KTT BRICS, pengelompokan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Presiden Rusia Vladimir Putin diundang ke pertemuan puncak itu.
Pejabat Afrika Selatan telah gagal dalam komitmen publik mereka terhadap Statuta Roma – perjanjian yang memaksa negara-negara penandatangan untuk menangkap orang-orang yang didakwa oleh pengadilan – setelah Putin didakwa atas tuduhan kejahatan perang pada bulan Maret.
Sementara Partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afrika Selatan memiliki sejarah ideologis dengan Rusia dan bekas Uni Soviet, Uni Eropa dan Amerika Serikat adalah mitra dagang yang jauh lebih besar.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)