TRIBUNNEWS.COM - Israel telah membunuh 30 warga Palestina dan melukai lebih dari 90 lainnya dalam serangan udara di Jalur Gaza sejak Selasa (9/5/2023), kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Para korban termasuk enam anak dan tiga wanita serta kepala pasukan roket Jihad Islam Palestina (PIJ) dan wakilnya, terang Al Jazeera.
Faksi Palestina di Gaza terus menembakkan roket sebagai pembalasan dari kantong pantai yang terkepung ke Israel, menewaskan satu orang pada Kamis (11/5/2023).
Di tengah upaya mediasi oleh Mesir, tidak ada pihak yang tampaknya siap memadamkan gejolak terburuk sejak Agustus, sekarang di hari ketiga.
"Kami berada di puncak kampanye, baik ofensif maupun defensif," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan rekaman video yang dikeluarkan selama kunjungan ke pangkalan udara.
“Siapa pun yang datang untuk menyakiti kita – darahnya hangus.”
Baca juga: Israel Lanjutkan Serangan Udara di Jalur Gaza, Korban Tewas Naik jadi 27 Orang, 76 Lainnya Terluka
Kematian Ali Ghali dan Ahmed Abu Daqqa menambah jumlah tokoh senior dari PIJ yang tewas menjadi lima sejak Israel mulai menyerang Gaza pada Selasa dini hari.
Mesir mengatakan sedang berusaha untuk mengamankan gencatan senjata tetapi sejauh ini, upayanya terbukti sia-sia.
Prospek gencatan senjata
Kairo, yang menjadi tuan rumah pejabat senior PIJ Mohammad al-Hindi untuk pembicaraan, berhati-hati tentang prospek gencatan senjata.
"Upaya Mesir untuk menenangkan keadaan dan melanjutkan proses politik belum membuahkan hasil," kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry kepada wartawan.
Bertemu dengan rekan-rekan Yordania, Prancis, dan Jerman di Berlin, Shoukry mendesak "negara-negara yang mensponsori perdamaian untuk campur tangan dan menghentikan serangan".
Baca juga: Israel Kembali Lakukan Serangan Udara di Gaza, Komandan Militan Palestina Tewas Terbunuh
Shoukry mengatakan Israel harus "menghentikan tindakan sepihak yang bertujuan untuk menghancurkan masa depan negara Palestina".
Di antara persyaratan gencatan senjata, PIJ menginginkan diakhirinya pembunuhan Israel terhadap para pemimpinnya.