Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev telah mengklaim bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dapat menderita nasib yang sama seperti diktator Nazi Adolf Hitler.
Pernyataan itu muncul sebagai respons atas pernyataan Zelenskyy yang menyebut bahwa pejabat Kremlin akan melihat 'akhir yang menyedihkan'.
Baca juga: Menlu Rusia Sebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Hanya Boneka Barat
"Kami tidak tahu siapa yang akan memenuhi 'akhir yang mana'," tulis Medvedev di Telegram, sebelum membandingkan Zelenskyy dengan Hitler, yang melakukan bunuh diri selama tahap akhir Perang Dunia II, saat pasukan Soviet menyerbu Jerman.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (13/5/2023), mantan Pemimpin Rusia itu juga menuduh Zelenskyy 'mengharapkan kematian bagi semua orang di Kremlin'.
Pernyataannya ini muncul sebagai respons atas wawancara yang diterbitkan oleh BBC pada Jumat kemarin, di mana Zelenskyy menyatakan 'Percayalah, mereka yang ada di Kremlin, itu akan berakhir dengan buruk'.
Zelenskyy menyatakan keinginannya untuk melihat kematian yang cepat dari kepemimpinan Rusia saat ini.
Ia mengklaim bahwa mereka 'tentu tidak akan mati secara alami'.
Baca juga: Zelenskyy: Ukraina Tidak Siap untuk Aksi Ofensif
Wawancara dengan Zelenskyy itu dilakukan kurang dari dua minggu setelah serangan drone terhadap Kremlin, yang digambarkan Rusia sebagai upaya pembunuhan terhadap Presiden Vladimir Putin dan tindakan terorisme.
Beruntungnya, Putin sedang tidak berada di Kremlin pada saat kejadian.
Sementara itu, Rusia menuduh Ukraina mengatur serangan tersebut dan mengaku berhak untuk merespons sesuai keinginannya.
Namun Ukraina membantah keterlibatan dalam insiden itu, meskipun serangan tersebut mendorong Medvedev untuk menyerukan 'penghapusan fisik' terhadap Zelenskyy.
Kepala intelijen Ukraina, Kirill Budanov, kemudian bersumpah untuk 'terus membunuh Rusia di manapun' sampai 'kemenangan sempurna' Ukraina.
Kremlin mencap pernyataan itu sebagai hal yang 'benar-benar keji' dan mengatakan itu adalah bentuk konfirmasi bahwa Ukraina terlibat dalam mengatur serangan teroris.