TRIBUNNEWS.COM - Presiden Recep Tayyip Erdogan memimpin atas rivalnya, Kemal Kilicdaroglu dan Sinan Ogan dalam pemilu Presiden Turki putaran pertama pada Minggu (14/5/2023).
Meski unggul dari Kemal Kilicdaroglu dan Sinan Ogan, perolehan suara Erdogan tidak mencapai 50 persen suara mayoritas.
Menurut laporan Anadolu Agency, Erdogan unggul 49,4 persen suara dari Kilicdaroglu di angka 44,9 persen suara pada Minggu (14/5/2023).
Sementara itu, kandidat ketiga pada pemilu Capres putaran pertama, Sinan Ogan hanya memperoleh 5,3 persen suara.
"Kami sudah mengungguli saingan terdekat kami dengan 2,6 juta suara. Kami berharap angka ini meningkat dengan hasil resmi," kata Erdogan.
Diperkirakan, kandidat Capres Turki, Erdogan dan Kilicdaroglu akan maju di pemilu Capres Turki putaran kedua pada 28 Mei 2023.
Baca juga: Turki Bersiap Gelar Pilpres Putaran Kedua, Belum Ada Kandidat yang Raih Suara Lebih dari 50 Persen
Sementara mayoritas suara domestik di Turki sudah dihitung, sebagian besar surat suara yang diberikan di luar negeri belum dihitung.
Perincian juga dapat berubah tergantung pada bagaimana badan pemilihan menangani suara yang diberikan untuk Muharrem Ince, yang telah mengundurkan diri dari pemilihan tetapi menerima sekitar 0,5 persen.
Baca juga: Erdogan dan Kilicdaroglu Bersaing Ketat Perebutkan Kursi Kepresidenan Turki 2023
Kandidat Capres Turki Saling Tuduh soal Manipulasi Hasil
Kandidat Capres Turki, Kilicdaroglu mendesak Dewan Pemilihan Tertinggi untuk bertanggung jawab dan bergegas merilis hasil pemilihan presiden.
Ia mengklaim Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, menghalangi keinginan Turki.
“Bangsaku yang terkasih, mereka memblokir sistem dengan keberatan berulang kali pada pemungutan suara di mana kami memiliki suara yang lebih tinggi,” kata Kilicdaroglu kepada wartawan di markas besar partainya di Ankara pada Minggu (14/5/2023) malam.
“Anda tidak dapat mencegah apa yang akan terjadi melalui keberatan. Kami tidak akan membiarkan fait accompli,” katanya, menurut Al Jazeera.
Sebaliknya, Partai AK Erdogan menuduh kandidat sainganny atas upaya untuk membunuh kehendak nasiona.