Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Negara-negara yang tergabung dalam MIKTA berpotensi mengungguli negara-negara Nordik di panggung global.
MIKTA adalah perkumpulan negara Indonesia, Meksiko, Turki, Australia, dan Korea Selatan.
Eks Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal menyerukan pentingnya kekuatan menengah MIKTA di panggung global di tengah-tengah situasi yang tidak menentu.
Baca juga: IMF Sebut Gagal Bayar Utang AS Akan Berdampak Serius Pada Ekonomi Global
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Itu mengatakan politik dunia telah mengalami banyak perubahan dalam dekade terakhir, dan politik kekuatan besar yang biasa bukan lagi satu-satunya ciri yang terlihat.
Hal ini ia sampaikan dalam diskusi dan peluncuran Middle Power Studies Network (MPSN), di kantor FPCI, Jakarta, Kamis (18/5/2023).
"Negara-negara dengan kekuatan menengah mulai memainkan peran yang lebih menonjol dalam urusan global karena bobot politik, kekuatan ekonomi, ambisi strategis, dan dinamika sosial budaya mereka yang meningkat," ujar Dino.
Kekuatan menengah tradisional seperti Kanada, Australia, Belanda, dan negara-negara Nordik terus berperan.
Namun kini pembahasan beralih ke kekuatan menengah yang sedang berkembang seperti Brasil, Indonesia, Afrika Selatan, Meksiko, Turki, dan Korea Selatan.
"Kami melihat tren yang berkembang di mana kekuatan menengah berkolaborasi dan berkoordinasi dalam berbagai bentuk untuk mengejar kepentingan mereka," ujarnya.
Ia menilai beberapa kelompok seperti BRICS dan MIKTA mulai dikenal sebagai pemain terbaru dalam politik global kontemporer.
Namun menurutnya MIKTA harus memiliki tujuan yang kuat untuk menghasilkan otot kerja sama yang lebih kuat seperti perkumpulan negara G7 maupun ASEAN.
Baca juga: WHO Nyatakan Monkeypox Bukan Lagi Darurat Kesehatan Global
"Untuk MIKTA, pertanyaannya adalah, apakah masing-masing negara MIKTA: Indonesia, Meksiko, Turki, Australia, dan Korea Selatan; memikirkan MIKTA sebagai platform pilihan untuk ambisi kebijakan luar negeri mereka? Maksud saya adalah: belum, dan ke sanalah Anda harus pergi," ungkapnya.
Dino mengatakan sejak 2015, FPCI telah menyadari pentingnya Kekuatan Menengah di panggung global dan menyerukan Indonesia untuk merumuskan 'strategi Kekuatan Menengah.'
Setiap perguruan tinggi dan organisasi bisa menjadi bagian dari MPSN, sebab ini adalah proses yang sangat terbuka, gratis, dan inklusif, di mana setiap pusat akademik yang ingin bergabung dapat berkontribusi dan belajar tentang strategi kekuatan menengah.
"Kami akan terhubung ke kampus-kampus dan wadah pemikir di Meksiko, Australia, Turki, Korea, dan kekuatan menengah lainnya, karena ada lebih banyak kekuatan menengah meskipun mereka tidak menyebut diri mereka sebagai 'kekuatan menengah.'” tutupnya.