TRIBUNNEWS.COM - Militer Ukraina membagikan foto kepada The Associated Press yang menunjukkan sebuah mobil putih dengan muatan hitam diduga bahan peledak di dekat bendungan Nova Kakhovka.
Rekaman yang diambil pada 28 Mei 2023 itu memperlihatkan mobil dengan atap terbuka yang terparkir tanpa sopir.
Pasukan khusus Ukraina menyatakan, bom mobil hanya digunakan untuk memperkuat ledakan yang lebih besar karena bom itu tidak cukup untuk meruntuhkan bendungan.
Bendungan Nova Kakhovka jebol pada 6 Juni 2023 setelah terjadi ledakan besar di sana.
Jebolnya bendungan itu menyebabkan banjir yang menggenangi wilayah Kherson, menenggelamkan warga sipil dan memusnahkan satwa liar.
Ukraina menuduh Rusia meledakkan bendungan itu dengan bukti terbaru yang memperlihatkan mobil putih yang diduga bermuatan bom di dekat bendungan.
Baca juga: 52 Korban Banjir Tewas, Rusia Tolak Bantuan Evakuasi dari PBB di Kherson
Dua pejabat Ukraina mengatakan, pasukan Rusia ditempatkan di daerah penting di dalam bendungan itu sebelum bendungan meledak.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi klaim terbaru ini.
Sebelumnya, Rusia menyalahkan Ukraina atas keruntuhan itu.
Invetigasi tim internasional mengungkapkan bahan peledak diduga diledakkan dari dalam dasar beton bendungan, yang Rusia memiliki pengetahuan luas dan akses dari ruang mesin, dikutip dari The Sun.
Tim Ahli: Rusia Kemungkinan Atur Posisi di Dalam Bendungan
Baca juga: Pakar Perang: Rusia Tidak Mampu Beli Teknologi Night Vision, Ukraina Unggul Bertarung di Malam Hari
Secara terpisah, tim ahli hukum internasional yang membantu jaksa Ukraina dalam penyelidikan, mengatakan dalam temuan awal pada Jumat (16/6/2023), sangat mungkin keruntuhan di wilayah Kherson Ukraina disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam oleh Rusia.
Sehari sebelum struktur runtuh pada 6 Juni, Rusia telah mengatur posisi tembak di dalam ruang mesin penting bendungan, tempat ledakan diyakini berasal.
"Bukti jelas menunjukkan bendungan itu lumpuh akibat ledakan yang dipicu oleh pihak yang mengendalikannya: Rusia," seperti diberitakan dalam The New York Times.