News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Saudara di Sudan

Di Tanah Suci, Jemaah Haji Sudan Berdoa agar Allah Melakukan 'Intervensi' Akhiri Perang

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita menyusuri jalan di Khartoum pada 18 Mei 2023, saat kekerasan antara dua jenderal Sudan yang bersaing terus berlanjut. Lebih dari satu juta lainnya telah tumbang akibat pertempuran antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF). (Photo by AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ibadah Haji telah memberikan jeda singkat bagi warga Sudan bernama Kamal Kabashi, dari konflik berdarah di negaranya.

Setelah tiba dengan selamat di tanah suci, ia pun berdoa untuk perdamaian di tanah kelahirannya Sudan.

Hanya beberapa minggu lalu, rumahnya di negara bagian Darfur Utara, di barat Sudan, dilanda penembakan.

Ini terjadi pada saat perebutan kekuasaan antara para jenderal yang bersaing, kemudian berubah menjadi perang habis-habisan.

Dikutip dari laman www.voanews.com, Minggu (25/6/2023), Kabashi, istrinya, dan kelima anaknya tidak terluka karena mereka telah pindah ke lingkungan yang lebih aman di El Fasher, ibu kota negara bagian, beberapa hari sebelumnya.

Kini, setelah perjalanan empat hari yang berbahaya melalui jalur darat dan laut, Kabashi telah bergabung dengan lebih dari satu juta jemaah dalam ziarah tahunan ke kota suci Makkah di Arab Saudi.

"Saya sangat mengkhawatirkan keluarga dan anak-anak saya," kata Kabashi di Masjidil Haram Makkah.

Baca juga: Selama 54 Tahunan Terakhir, Pemerintah Arab Saudi Telah Terima 99 Jutaan Jemaah Haji

Pegawai pemerintah berusia 52 tahun yang mengenakan jubah putih sederhana yang biasa dikenakan jemaah Haji itu menjelaskan bahwa di tanah suci, ia ingin berdoa meminta pertolongan Allah SWT untuk mengembalikan kedamaian di Sudan.

"Saya mengangkat tangan saya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT, memohon untuk menyelesaikan masalah Sudan," jelas Kabashi.

Perlu diketahui, pertempuran yang terjadi sejak pertengahan April lalu antara tentara reguler Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa.

Sebagian besar terkonsentrasi di Khartoum dan Darfur, wilayah luas di perbatasan barat Sudan dengan Chad.

Konflik tersebut telah menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan, dengan para pejuang menduduki rumah-rumah, menjarah properti dan melakukan pelanggaran lainnya.

"Artileri peluru jatuh di dalam halaman rumah saya, sangat merusak rumah saya," tegas Kabashi.

Jemaah dari seluruh dunia telah memenuhi bandara modern di kota pesisir Jeddah, Arab Saudi, sebelum ritual Haji dimulai pada hari Minggu malam waktu setempat.

Namun jemaah dari Sudan sebagian besar tiba dengan perahu karena bandara Khartoum, pusat penerbangan utama negara itu tidak dapat digunakan karena pertempuran mematikan itu.

Untuk bisa sampai ke Makkah, Kabashi mempertaruhkan perjalanan darat lebih dari dua hari ke Port Sudan di timur.

Di sana, ia kemudian naik kapal yang membawanya menyeberangi Laut Merah ke Jeddah, sebuah perjalanan yang membutuhkan waktu tambahan nyaris dua hari.

Kabashi yang sebelumnya pernah menunaikan ibadah Haji, kali ini idampingi temannya, Ahmed Jaber yang baru pertama kali menunaikan ibadah Haji.

Jaber, seorang pedagang berusia 62 tahun, mengatakan bahwa ia membayar biaya lebih dari 4.300 dolar Amerika Serikat (AS) dan telah mempersiapkan selama berbulan-bulan untuk ibadah Haji, salah satu dari lima rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh semua Muslim di dunia, setidaknya sekali dalam hidup mereka.

Ia mengatakan bahwa awalnya, orang yang dicintainya lah yang akan menjadi tujuan utama dari doa yang dipanjatkannya.

"Namun sekarang saya tidak hanya berdoa untuk keluarga saya, saya berdoa untuk semua warga Sudan. Kami hanya memimpikan perdamaian," kata Jaber, sambil menahan air mata.

Menurut Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengungsi, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan hampir 600.000 orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga dan lebih dari dua juta orang mengungsi di dalam Sudan.

Mereka yang berhasil mencapai Makkah berjalan berkelompok, bendera negara mereka pun tercetak di jubah putih yang mereka kenakan.

Bagi Guru Matematika bernama Haram Ali, tiba di kota suci mengindikasikan bahwa dirinya bisa merasa lebih tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.

"Saya merasa tenang secara mental dan saya berdoa untuk perdamaian bagi semua orang Sudan, sehingga mereka juga dapat merasakan kenyamanan yang sama," kata Ali.

Wanita berusia 49 tahun itu menyebut ziarah ini sebagai 'anugerah dari Allah'.

"Saya telah pulih dari kelelahan Sudan," jelas Ali, sambil mengangkat tangannya untuk berdoa saat air mata mengalir dari matanya.

Seorang wanita yang berdiri di dekatnya bernama Maha Abdullah mengatakan bahwa 'situasinya sulit' di tanah kelahiran mereka.

Ibu rumah tangga berusia 50 tahun itu pun menegaskan bahwa perlu adanya campur tangan Allah SWT untuk menciptakan kedamaian di Sudan.

"Perlu campur tangan Allah untuk mengubah banyak hal," pungkas Abdullah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini