TRIBUNNEWS.COM - Prancis tengah dilanda demonstrasi besar-besaran yang terjadi di beberapa kota sejak Rabu (28/6/2023).
Kerusuhan ini dipicu atas insiden penembakan yang terjadi terhadap seorang pemuda berusia 17 tahun.
Pemuda yang bernama Nahel M tewas setelah ditembak mati oleh seorang petugas polisi di Nanterre, pinggiran Kota Paris, Selasa (27/6/2023).
Peristiwa tersebut bermula ketika petugas tengah mencoba menghentikan Nahel untuk pemeriksaan lalu lintas.
Dikutip dari France24, akan tetapi, Nahel menolak untuk berhenti dan aksi penembakan pun terjadi.
Layanan darurat segera meluncur ke tempat kejadian perkara, namun Nahel meninggal tak lama kemudian.
Baca juga: Redam Amukan Massa, Pemerintah Prancis Terapkan Jam Malam hingga Kerahkan 40.000 Polisi
Kematian Nahel telah memicu kerusuhan hebat di sekitar Paris, dengan para perusuh membakar gedung-gedung publik, Rabu.
Dikutip dari The Guardian, bentrokan pun terjadi di kota-kota dari Lille hingga Toulouse.
667 Orang Ditangkap
Setidaknya 667 orang telah ditangkap menyusul protes malam ketiga di Prancis, kata Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin.
Dikutip dari BBC, Gerald Darmanin mengatakan melalui Twitter-nya, polisi dan petugas pemadam kebakaran menghadapi "kekerasan langka" yang melanda negara itu.
Baca juga: Dipicu Penembakan terhadap Remaja, Prancis Kerusuhan, Presiden Macron Gelar Pertemuan Darurat
"Tadi malam, polisi dan petugas pemadam kebakaran kami dengan berani menghadapi kekerasan yang jarang terjadi. Sesuai dengan instruksi tegas saya, mereka melakukan 667 penangkapan," tulis Darmanin.
40.000 Petugas Dikerahkan
Polisi nasional mengatakan pada Kamis malam, pasukannya menghadapi insiden baru di kota-kota Marseille, Lyon, Pau, Toulouse, dan Lille.