Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perekonomian negaranya berkinerja lebih baik dari yang diharapkan, meskipun saat ini Moskow tengah berada di bawah sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina.
Pernyataan tersebut disampaikan Putin pada Selasa (4/7/2023) malam, mengutip data yang dilaporkan oleh Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin.
Menurut data yang dilaporkan Mishustin, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia diperkirakan dapat melebihi 2 persen dan inflasi harga konsumen (CPI) tidak akan berada di atas 5 persen tahun ini.
Baca juga: Arab Saudi dan Rusia akan Kembali Pangkas Pasokan Minyak di Tengah Perlambatan Ekonomi Global
"Pertumbuhan ekonomi kami untuk saat ini setidaknya jauh lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Putin.
Kemudian, Mishustin juga memberi tahu Putin bahwa dia yakin tidak akan ada keadaan force majeure dan ekonomi akan berjalan baik tahun ini.
"Vladimir Vladimirovich (Putin) yang terhormat, ekonomi negara terus pulih dengan percaya diri, terlepas dari sanksi, terlepas dari semua hambatan yang ditempatkan di negara kita," ujar Mishustin.
Perekonomian Rusia mengalami kontraksi 2,1 persen pada 2022 dan berada di bawah tekanan khusus pada musim semi tahun lalu ketika sekutu Kyiv memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas kampanye militernya di Ukraina.
Adapun dampak dari sanksi tersebut tentu sangat merugikan bagi Moskow, di mana pasar keuangan Barat dan banyak pasar ekspor untuk perusahaan serta komoditas Rusia ditutup.
Meski demikian, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov telah berulang kali mengatakan defisit anggaran Moskow tahun ini tidak akan lebih dari 2 persen dari PDB, meskipun sebagian besar analis tidak setuju.
Dana Moneter Internasional (IMF) termasuk di antara mereka yang memperkirakan Rusia akan mengalami defisit anggaran yang melebar tajam tahun ini.