News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Presiden AS Joe Biden Sebut Belum Saatnya bagi Ukraina untuk Bergabung dengan NATO

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Joe Biden berbincang selama pertemuan di KTT G7 di Hiroshima, Jepang pada Minggu (21/5/2023). Di tengah perang yang masih berlangsung, Presiden AS Joe Biden menyebut belum saatnya bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden mengatakan belum saatnya bagi Ukraina untuk menjadi anggota NATO sekarang.

Perang Rusia di Ukraina harus diakhiri sebelum NATO dapat mempertimbangkan untuk menambahkan Ukraina ke dalam jajarannya, ujar Biden seperti yang dilaporkan CNN.

Dalam sebuah wawancara dengan Fareed Zakaria dari CNN menjelang perjalanannya selama seminggu ke Eropa, Joe Biden mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk memulai proses mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO di tengah perang.

Proses tersebut dapat terjadi hanya setelah perjanjian damai dengan Rusia sudah ada, ujarnya.

Namun, Biden mengatakan AS dan sekutunya di NATO akan terus memberi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pasukannya keamanan dan persenjataan yang mereka butuhkan untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

“Saya kira belum ada kebulatan suara di NATO tentang apakah akan membawa Ukraina ke dalam keluarga NATO atau tidak sekarang, pada saat ini, di tengah perang,” kata Biden.

Baca juga: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Akui Ukraina Layak jadi Anggota NATO

"Jika perang sedang berlangsung, maka kita semua akan berperang."

"Kami berperang dengan Rusia, jika itu yang terjadi", tambahnya.

Para anggota NATO berjanji bahwa jika ada satu anggotanya yang diserang, maka anggota lain akan ikut melawan bersama-sama membeli anggotanya.

Joe Biden mengatakan bahwa dia berbicara panjang lebar dengan Zelensky tentang masalah ini.

Ia mengatakan kepada presiden Ukraina bahwa AS akan terus menyediakan keamanan dan persenjataan untuk Ukraina.

"Saya rasa kita harus menetapkan jalur yang rasional agar Ukraina dapat memenuhi syarat untuk dapat masuk ke NATO," kata Biden.

Biden menekankan bahwa dia menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum perang untuk tidak mengakui Ukraina karena aliansi memiliki "kebijakan pintu terbuka."

"Tapi saya pikir terlalu dini untuk mengatakan, untuk menyerukan pemungutan suara, sekarang, karena ada kualifikasi lain yang perlu dipenuhi, termasuk demokratisasi dan beberapa masalah itu," tambah Biden.

Sebelumnya pada hari Jumat (7/7/2023), pemerintahan Biden mengumumkan bahwa AS akan mengirimkan munisi tandan (bom cluster) ke Ukraina untuk pertama kalinya.

Langkah itu diambil untuk membantu meningkatkan amunisi Ukraina yang tengah melakukan serangan balasan terhadap Rusia.

Dalam foto yang dirilis oleh Kepresidenan Ukraina pada 8 Juli 2023 ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi Pulau Ular (Pulau Zmiinyi), wilayah Odesa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengunjungi pulau Laut Hitam yang para pembelanya terkenal menentang kapal perang Rusia pada awal invasi, saat konflik mencapai hari ke-500. (Handout / UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE / AFP)

Baca juga: Rencanakan Kudeta Berdarah, AS Pimpin NATO Gunakan Ukraina sebagai Boneka Lawan Rusia

Biden memberi tahu Presiden Ukraina bahwa itu adalah "keputusan sulit" untuk memberikan amunisi kontroversial kepada Ukraina, tetapi dia yakin itu perlu karena Ukraina kehabisan amunisi.

Pertemuan NATO mendatang juga terjadi ketika Swedia berusaha untuk bergabung dengan NATO.

Langkah itu menghadapi perlawanan dari Turki dan Hungaria.

Biden mengatakan kepada Zakaria bahwa dia optimis bahwa Swedia pada akhirnya akan diterima di NATO, dengan mencatat bahwa Turki, sedang berusaha untuk memodernisasi armada F-16-nya, bersama dengan Yunani, yang telah memilih untuk mengakui Swedia.

“Turki sedang mencari modernisasi pesawat F-16. Dan (Perdana Menteri Yunani Kyriakos) Mitsotakis di Yunani juga sedang mencari bantuan," CNN melaporkan, mengutip Biden.

“Jadi, apa yang saya coba katakan, terus terang saja, kada sedikit konsorsium di sini, di mana kami memperkuat NATO dalam hal kapasitas militer baik Yunani maupun Turki, dan mengizinkan Swedia untuk masuk. Tapi itu sedang didiskusikan. Itu belum selesai," tambahnya.

Biden lebih lanjut mengatakan dia yakin China ingin menggantikan AS sebagai negara dengan kapasitas ekonomi dan militer terbesar di dunia, tetapi dia yakin AS dapat memiliki hubungan kerja dengan Beijing.

“Saya pikir ada cara untuk menyelesaikan, untuk membangun hubungan kerja dengan China yang menguntungkan kedua belah pihak,” kata Biden.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini