TRIBUNNEWS.COM - Perkelahian terjadi di parlemen Kosovo setelah anggota partai oposisi menyiram air kepada Perdana Menteri (PM) Kosovo, Albin Kurti ketika tengah berpidato terkait penjabaran langkah-langkah pemerintah untuk meredakan ketegangan dengan etnis Serbia di utara negara tersebut di gedung parlemen di ibu kota Kosovo, Pristina pada Kamis (13/7/2023).
Dikutip dari The Guardian, tampak anggota parlemen dari partai oposisi juga memasang foto Kurti saat dirinya tengah berpidato di podium.
Melihat ejekan tersebut, Deputi dari PM Kosovo, Besnik Bislimi pun mencopotnya yang ternyata foto tersebut menampilkan Kurti dengan hidung memanjang layaknya tokoh kartun Pinokio.
Kemudian, Bislimi pun menyobek foto tersebut sembari kembali ke kursinya.
Tak berselang lama, anggota partai oposisi lainnya melakukan hal lebih parah dengan menyiramkan air minum yang dibawanya ke arah Kurti.
Akibatnya, adu jotos antara pihak pemerintah melawan anggota partai oposisi pun tidak terhindarkan.
Baca juga: AS dan Eropa Desak Pemilu Ulang Demi Damaikan Kosovo
Kurti pun terjebak di tengah keributan yang terjadi dan langsung diamankan oleh menteri dan dibawa keluar.
Diketahui, partai oposisi telah mengkritisi kebijakan Kurti di negara bagian utara yang memiliki hubungan tidak harmonis dengan sekutu utama Barat.
Alhasil, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mendesak Kurti untuk meredam situasi tersebut.
Akibatnya, kerusuhan pecah di bulan Mei walikota yang berasal dari etnis Albania dan didukung polisi mulai menjabat dan di saat yang bersamaan pemilu diboikot oleh mayoritas etnis Serbia di daerah tersebut.
Kerusuhan ini pun membuat lusinan orang terluka di antara penduduk lokal Serbia, polisi Kosovo dan aktivis NATO.
Di sisi lain, kerusuhan ini pun memicu ketakutan akan adanya konflik serupa yang mana pernah terjadi di tahun 1998-1999 ketika lebih dari 10 ribu orang tewas.
Pada Rabu (12/7/2023), Kurti telah mengumumkan akan mengurangi pasukan polisi di kawasan empat gedung kota di wilayah mayoritas etnis Serbia di Kosovo Utara dan mengadakan pemilihan walikota baru di masing-masing kota.
Upaya Kurti tersebut pun membuat marah partai oposisi lantaran dinilai 'kebijakan eksperimen' selama berbulan-bulan itu justru membahayakan posisi Kosovo di mata internasional.
Kurti telah mengatakan dirinya meneerapkan hukum dan ketertiban di Kosovo Utara dengan menempatkan polisi dan walikota baru dari etnis Albania.
Baca juga: Konflik Ukraina Dikhawatirkan Merembet ke Kosovo, Presiden Serbia Was-was
Hal ini pun membuat AS dan Uni Eropa telah mendesak Kurti untuk tidak menempatkan walikota dari etnis Albania di kawasan utara Kosovo hingga situasi konflik dapat teratasi.
Sebagai informasi, Kosovo adalah negara bekas dari Serbia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya di tahun 2009 lalu.
Kendati demikian, deklarasi kemerdekaan ini tidak serta merta didukung.
Hal tersebut dibuktikan dengan sebagian besar etnis Serbia yang tinggal di Kosovo menolak untuk mengakui kemerdekaan Kosovo.
Di sisi lain, Serbia telah meningkatkan kesiapan tentaranya dan terus mengancam bakal melakukan intervensi militer sebagai tanggapan atas adanya ketegangan di utara Kosovo yang berbatasan langsung dengan Serbia.
Jauh sebelumnya, ibu kota Serbia, Beograd pun telah melepaskan diri dari Kosovo pada tahun 1999 usai NATO membom negara itu untuk menghentikan serangan terhadap separatis dari etnis Albania.
Pejabat di negara Barat pun telah meningkatkan upaya untuk mendamaikan kedua belah pihak lantaran dikhawatirkan konflik antara Serbia dan Kosovo akan memunculkan ketidakstabilan di Eropa ketika di saat yang bersamaan perang bergulir terus di Ukraina.
Untuk meredam konflik kedua negara, NATO pun telah mengirimkan pasukan tambahan ke Kosovo untuk meningkatkan keamanan.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)