Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM - Tagihan energi rumah tangga di Belanda naik drastis dari tahun lalu, meskipun pemerintah negara itu memberikan subsidi bagi warganya.
Data yang dirilis minggu lalu oleh Statistics Netherlands (CBS) mengungkapkan, bahwa tagihan gas dan listrik rata-rata meroket sebesar 37 persen pada Juni lalu dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2022.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (24/7/2023), kenaikan ini akan menambah 630 euro atau setara 702 dolar Amerika Serikat (AS) untuk biaya energi rumah tangga tahunan.
Sehingga tagihan rata-rata menjadi 2.320 euro atau setara 2.586 dolar AS per tahun, dibandingkan dengan 1.691 euro pada Juni lalu.
Harga grosir energi di seluruh Uni Eropa (UE) naik secara dramatis pada tahun lalu karena pasokan Rusia menyusut, menyusul sanksi yang diberlakukan akibat perang Rusia-Ukraina.
Baca juga: Populer Internasional: Dugaan Kemungkinan Bos Wagner Diracun - Transgender Pertama Miss Belanda
Oktober lalu, pemerintah Belanda mengumumkan paket bantuan sebesar 23,5 miliar euro untuk memberikan kompensasi kenaikan tarif energi.
Negara itu juga telah memperkenalkan batas harga konsumen sebesar 1,45 euro per meter kubik gas dan 0,4 euro per kilowatt jam listrik.
Namun, meski dengan bantuan negara, tagihan energi di negara itu masih lebih tinggi dari Juni lalu, sebagian disebabkan kenaikan pajak.
Pemerintah Belanda telah memberikan lebih sedikit diskon pajak untuk energi, sedangkan pengurangan sementara tarif PPN telah dibatalkan.
Harga yang lebih tinggi telah memaksa rumah tangga di Belanda untuk memangkas konsumsi energi, mengambil rata-rata 40 euro dari tagihan tahunan untuk gas dan listrik.
Ekonom memperingatkan bahwa tagihan energi rumah tangga rata-rata di Belanda dapat mencapai 2.500 euro setelah batas harga yang ditetapkan negara itu berakhir pada 2024.