Ukraina Ditikam Korupsi dan Pembelotan Saat Perang Lawan Ukraina, Zelenskiy Ultimatum Parlemen
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy memberikan ultimatum terkait tindak korupsi yang terjadi di negaranya pada momen tengah berperang melawan Rusia, Selasa (25/7/2023).
Zelenskiy mengatakan dia tidak akan mentolerir korupsi atau pengkhianatan dalam urusan negara saat negaranya sedang berjuang menemukan cara untuk mempertahankan diri melawan Rusia yang dianggap penjajah.
Kemarahan Zelenskiy itu terlontar dalam seruan anti-korupsi di sebuah pidato di depan Parlemen Ukraina terkait terungkapnya dua kasus penting di masa perang ini.
Baca juga: Vladimir Putin Tampak Lumpuh pada Jam Pertama Pemberontakan Grup Wagner
Dua kasus itu antara lain penangkapan seorang pejabat rekrutmen militer yang dituduh melakukan penggelapan secara massal.
Satu kasus lainnya adalah adanya seorang anggota parlemen yang diduga bekerja sama dengan Rusia.
Bulan Juni lalu, Zelenskiy pernah mengumumkan rencana untuk mengaudit kantor wajib militer untuk memberantas korupsi.
Rupanya, aksi penggelapan dan korupsi belum berhenti meski Ukraina tengah menghadapi serangan hebat dari Rusia di tengah perang yang berkecamuk.
Dua kasus ini membuat Zelenskiy geram dan membuat ultimatum secara tegas.
"Izinkan saya memperingatkan semua anggota parlemen, pejabat, dan semua orang yang bekerja sebagai pegawai negeri," katanya dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Blak-blakan Pasukan Wagner Soal Pemberontakan ke Putin: Unit Tempur Nganggur yang Gatal ke Polandia
“Ketika Anda menghabiskan berhari-hari mencari (pasokan) senjata untuk negara, ketika perhatian semua orang tertuju pada apakah ada artileri, rudal, dan drone (untuk berperang), Anda merasakan kekuatan moral yang diberikan tentara kami kepada Ukraina,".
Berbicara kepada anggota parlemen, Zelenskiy, mengatakan dia tidak akan lagi mentolerir mereka yang "karena keuntungan pribadi" menolak untuk mendukung undang-undang yang diperlukan Ukraina untuk menjalani proses panjang menjadi anggota Uni Eropa.
"Saya tidak lagi ingin melihat penolakan seperti itu," katanya.
“Tidak ada yang mau melihat itu. Ukraina tidak punya waktu lagi untuk itu.”