TRIBUNNEWS.COM - Presiden Niger, Mohamed Bazoum ditahan oleh pengawalnya pada Rabu (26/7/2023) waktu setempat dan mengklaim telah melakukan kudeta.
Dikutip dari CNN, hal ini diketahui dari sebuah video yang memperlihatkan seorang pria bernama Kolonel Major Amadou Abdramane bersama dengan beberapa orang mengumumkan telah melakukan kudeta.
"Kami telah memutuskan untuk mengakhiri rezim yang Anda tahu. Keamanan memburuh di negara ini serta pemerintah sekarang telah mengurusi ekonomi dan sosial yang buruk," katanya dalam video tersebut.
Akibat penahanan Mohamed, Abdramane mengatakan segala aktivitas institusi nasional dihentikan dan perbatasan negara ditutup sementara.
Sebelumnya, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengungkapkan bahwa akan ada upaya kudeta di sebuah negara Afrika Barat pada sebuah pernyataan, Rabu waktu setempat.
"ECOWAS mengutuk upaya perebuatan kekuasaan dengan paksa dan menyerukan komplotan kudeta untuk segera membebaskan Presiden yang dipilih secara demokratis dan tanpa syarat apapun," kata ECOWAS dalam situs resminya.
Baca juga: Putin Temui Yevgeny Prigozhin dan 34 Tentara Wagner, Hanya 5 Hari setelah Upaya Kudeta
Penahanan terhadap Mohamed mendorong adanya diskusi intensif antara pengawal dan otoritas pemerintah .
Namun tidak diketahui apa yang dibahas antara kedua belah pihak.
Selama penahanan terhadap Mohamed, kompleks kepresidenan Niger ditutup dengan dijaga oleh anggota pengawaal Presiden yang bersenjata lengkap.
Ada sekitar 20 anggota pengawal Presiden yang melakukan penjagaan di luar kompleks kepresidenan.
Masyarakat Dilarang Lakukan Perjalanan
Kedutaan Besar AS di Niger meminta agar para warga tidak melakukan perjalanan apapun selama ketidakstabilan politik terjadi pasca ditahannya Mohamed Barzoum.
"Saat ini kota sedang tenang. Kami menyarankan semua orang untuk berpergian dan menghindari semua perjalanan di sepanjang Rue de la Republique sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata Kedutaan Besar AS.
PBB dan Uni Eropa Mengutuk Kudeta di Niger
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengutuk kudeta yang terjadi di Niger dengan penahanan terhadap Mohamed Barzoum.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric.
"Sekjen mengikuti dengan cermat terkait situasi di Niger. Dia mengutuk dengan keras segala upaya untuk merebut kekuasaan dengan paksa dan merusak pemerintahan demokratis, perdamaian, dan stabilitas di Niger," kata Stephane.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell pun mengutuk kudeta di Niger yang disebutnya sebagai upaya penggoyahan demokrasi dan pengancaman stabilitas di Niger.
Kecaman juga disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Prancis yang prihatin atas apa yang terjadi di Niger.
Baca juga: Cegah Kudeta Susulan, Rusia Sita Alat Tempur Wagner Group di Medan Perang
Senada, pejabat di AS turut mengutuk keras upaya penumbangan pemerintahan resmi di Niger yang telah dipilih secara demokratis.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengungkapkan kemitraan antaran Washington D.C. dan negara Afrika Barat bergantung pada komitmen berkelanjutan terhadap standar demokrasi.
Sebagai informasi, Bazoum terpilih menjadi Presiden Niger pada tahun 2021.
Sebenarnya, upaya kudeta semacam ini merupakan 'hal biasa' yang terjadi di Niger.
Setidaknya sejak merdeka dari Perancis pada tahun 1960, empat kudeta pernah terjadi di Niger.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)